Penghasilan Sehari-hari Hanya Rp 30 ribu, Tetap Berjuang Merawat Dua Anaknya yang Disabilitas

Penghasilan Sehari-hari Hanya Rp 30 ribu, Tetap Berjuang Merawat Dua Anaknya yang Disabilitas Aktivitas sehari-sehari Muhammad dihabiskan di tempat tidurnya berupa cor-coran beralaskan perlak.

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Muhammad (30) dan Yani (25), warga Dusun Krajan, Desa Karang Paiton, Kecamatan Ledokombo, , Jawa Timur, puluhan tahun hidup di atas tempat tidurnya berupa cor-coran berukuran 1x1,5 meter. Hal ini harus dijalani, lantaran mereka merupakan penyandang disabilitas.

Sedangkan orang tuanya, merupakan buruh tani dengan penghasilan pas-pasan. Meski demikian, baik sang ibu maupun kakak dan adik-adiknya, saling bahu membahu merawat Muhammad dan Yani dengan baik.

Baca Juga: 5 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jember

Perhatian warga sekitar pun baik. Para tetangga sekitar juga saling membantu meski semampunya.

"Ini kebetulan ibu saya (Iyah) sedang kerja ke sawah. Biasanya Dzuhur pulang untuk merawat Muhammad dan Yani," kata kakak pertamanya Siti Fadilah, Kamis (6/2/2020) siang.

Untuk penghasilan sebagai buruh tani, diakui Siti, hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Per hari, ibu saya ataupun suami yang sama-sama buruh tani, penghasilannya kurang lebih Rp 30 ribu. Kalau kerja sampai sore sampek Rp 45 ribu. Tapi itu pun hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Baca Juga: Wanita di Jember Tewas Terlindas Truk Akibat Jatuh dari Boncengan Motor Ayahnya

Siti mengatakan, jikalau ada bantuan, biasanya sembako dari tetangga, ataupun kalau tidak dari orang yang tiba-tiba datang ke rumah. "Tahunya ya dari orang-orang itu, mulut ke mulut. Tapi bantuannya sembako saja," ungkapnya.

Siti berharap, ada bantuan lebih yakni untuk membangunkan tempat yang layak bagi adik-adiknya itu. "Saya ingin agar mungkin ada yang bisa bantu untuk membangunkan tempat pembaringannya yang lebih layak. Karena kami hanya semampunya itu yang bisa dilakukan," ujarnya.

Baca Juga: Kurang Konsentrasi, Dua Pelajar di Jember Tewas Usai Alami Kecelakaan

Terkait bantuan pemerintah, Siti mengungkapkan, sekali atau dua kali per tahun, ada sembako dari pemerintah. "Ya hanya itu yang kita dapat. Selebihnya tidak ada. Kita berharap ada yang berkenan membantu semisal membangunkan tempat tidurnya agar lebih layak, dan rumah ibu ini. Karena kondisinya pengap," keluhya.

Senada dengan yang disampaikan Siti, tetangga dekat Muhammad dan Yani, yakni Halimatus mengatakan, dirinya bersama tetangga yang lain tahu akan kondisi Muhammad dan Yani.

"Dulu keduanya itu dirawat oleh neneknya di Desa Sukosari. Terus neneknya meninggal, sekarang di rawat di sini (Desa Karang Paiton)," katanya.

Baca Juga: PKB Jember Buka Pendaftaran Cabup-Cawabup dalam Pilkada 2024

Sementara itu Sulis, tetangga dekatnya yang lain, mengungkapkan jika keluarga Muhammad dan Yani tertutup.

"Mungkin karena malu, juga setiap harinya situasi di rumah tertutup. Karena kan kerja semua (sebagai buruh tani), termasuk suami Siti Fadilah," katanya.

Baca Juga: Pensiunan PNS Daftarkan Diri Sebagai Cabup-cawabup Jember ke PDIP Jember

(Salah satu tetangga Muhammad dan Yani saat dimintai keterangan)

Namun meski demikian, para tetangga dan warga sekitar juga turut membantu. "Tapi semampu kami. Jika ada kelebihan, ya bantu ngasih sembako itu ataupun camilan. Kalau tidak ya sudah hanya turut prihatin. Kasihan dengan kondisinya. Apalagi hanya di dalam kamar pengap itu saja," ungkapnya. (ata/yud/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Nekat Ritual di Laut, 10 Warga Jember Meninggal Tersapu Ombak':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO