Tafsir Al-Isra 110: Allah, God, Dewa, Sang Yang, Gusti Dalam Al-ISM dan Al-MUSAMMA

Tafsir Al-Isra 110: Allah, God, Dewa, Sang Yang, Gusti Dalam Al-ISM dan Al-MUSAMMA foto: Aspiratif News

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

110. Quli ud’uu allaaha awi ud’uu alrrahmaana ayyan maa tad’uu falahu al-asmaau alhusnaa walaa tajhar bishalaatika walaa tukhaafit bihaa waibtaghi bayna dzaalika sabiilaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.”

SABAB NUZUL

Rasulullah SAW bermunajah kepada Allah SWT dengan menyebut sebagian asma-Nya yang dipilih, "Ya Allah Ya Rahman..". Beberapa gelintir orang kafir kebetulan ada di situ dan mendengar. Spontan mereka mentertawakan dan mengolok: "Hai Muhammad, kamu ini gimana. Kamu pemintahkan kami menyembah satu Tuhan, eh kamu sendiri malah menyembah dua Tuhan. Lha itu tadi, Tuhan Allah dan Tuhan Rahman...?

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Seorang dari mereka menimpali: "Ya, Muhammad memang begitu. Malah dia berdoa 'Ya Rahman, Ya Rahim'. Ngapain panggil-panggil si Rahman? Rahman kan seorang laki-laki asal daerah Yamamah yang terkenal itu".

Seorang musyrik yang mendengar obrolan itu menambahi: "Ya, benar. Muhammad juga menyebut Allah dengan dua nama tersebut. Lihat, dia kan sering mengucap 'Bismillah al-Rahman al-Rahim'. Kalau 'Rahim' sih, kami mengerti maksudnya. Tapi kalau 'Rahman', siapa itu?".

Dari varian latar belakang historis seperti tertera di atas, turunlah ayat kaji ini (110) yang maksudnya menjawab semua ocehan mereka. Bahwa Dzat Tuhan adalah satu, yakni Allah SWT, titik. Tapi Dia mempunyai nama-nama terbaik (al-ama' al-husna) yang jumlahnya banyak sekali.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Tuhan membuka Diri dan mempersilakan umat manusia memanggil Diri-Nya dengan nama mana yang disukai. Nama yang familier menurut mereka. Silakan panggil Dia Allah, atau al-Rahman, atau al-Rahim, atau apa saja dari nama-nama-Nya tersebut, sama saja. Satu bodi dengan banyak nama itu biasa ada di kalangan manusia. Namanya Wiguno, alias pak Seno, alias kaji Somingun, alias Bayan Suko, dan seterusnya.

Artinya, Tuhan tidak memasalahkan Diri-Nya dipanggil apa, asal yang dimaksud adalah Diri-Nya, maka Dia menerima, hadir, dan memperhatikan. Tuhan sangat paham dan mengerti, bahwa perbedaan lisan, bahasa, dan dialek di kalangan umat manusia adalah ciptaan-Nya sendiri. Maka Tuhan mesti menerima konsekuensinya.

Lidah arab akan mudah mengucap kata ALLAH dengan langgam tafkhimnya, tapi susah bagi lidah Eropa. Lisan Hindia tidak sama dengan lisan China maupun Jawa. Menyangkut tradisi terkait sebutan Tuhan, Arab mengucap ALLAH, ILAH. Persia dan sekitarnya mengucap ELE, EL, IL. Eropa, GOD. India terkenal dengan DEWA-DEWA. Jawa, GUSTI, PANGERAN, dan sebagainya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Maka, siapa yang di dalam hatinya menyakini bahwa Tuhan adalah Dia satu-satunya, lalu nyebut-Nya pakai bahasa tradisi sendiri semisal God, Sang Yang, Gusti, Ele, maka sejatinya dia sudah beriman sudah bertauhid kepada-Nya. Sekali lagi, jika yang dituju adalah Dia, Allah SWT, lain tidak.

Teori penyebutan yang berorientasi hakikat inilah yang disebut "AL-MUSAMMA". Yang penting Dzat yang dituju itu Dia, walau pelafalannya tidak sama. Kalangan filsuf, disiplin filsafat, dan pemerhati agama-agama biasanya berpihak pola pikir ini. Sedangkan teori penyebutan dengan menitikberatkan pada kata secara verbalistik atau nama, maka disebut pola "AL-ISM".

Jadi, jika Tuhan itu bernama ALLAH, maka hanya menyebut Allah saja yang diterima sebagai penyebutan teologis. Menyebut Tuhan Allah dengan Gusti, Dewa, dan sebangsanya belum dianggap sudah bertauhid. Alasannya, karena ideom God, Gusti, dll, punya bias makna, bisa ke dzat Allah dan bisa ke selain Allah. Allah a'lam.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Dua Nabi, Bapak dan Anak

Terpaparnya nama-nama Tuhan terbaik (al-asma' al-husna) oleh Tuhan sendiri menunjukkan betapa Tuhan menginginkan kemudahan agar semua hamba yang Dia ciptakan benar-benar menjadi hamba-Nya sendiri, tidak menjadi hamba selain-Nya. Karena selain Dia, hakikatnya adalah hamba, bukan Tuhan. Seaneh apapun, seperti Adam yang dicipta tanpa bapak dan tanpa ibu, tetap hamba. Apalagi Hawa yang dicipta tanpa ibu dan Yesus yang dicipta tanpa bapak.

Nabi Idris A.S. yang konon hingga kini masih ada di surga - menurut riwayat israiliyat - tetap hamba. Yesus yang terdesak dan dievakuasi ke langit dan tidak balik ke bumi, nabi Muhammad SAW yang mi'raj menembus tujuh langit hingga beraudiensi dengan Tuhan di Sidrah Muntaha, lalu balik lagi ke bumi, ya tetap hamba. Dan bisa merasa menjadi hamba Tuhan itu mutlak, tapi manusia sering membelot menjadi hamba Syetan, disadari atau tidak.

Kalangan ahl al-Sunnah wa al-jamaah menghitung nama-nama Tuhan itu sebanyak 99 plus satu (Allah), total 100. Sementara madzhab Syi'ah dan sebangsanya lebih dari itu, hingga 300-an.

Baca Juga: Usia Nabi Nuh 1.000 Tahun, Tapi "Gagal" Dakwahi Umatnya, Ini Perbedaan-Persamaan dengan Nabi Luth

Al-Hadis yang mengatakan: "barang siapa menjaganya (ahshaha), dijamin masuk surga" itu sangat benar. Orang yang mati dan di hatinya tertera (hafal) al-asma' al-husna, berarti dia punya iman, mati membawa iman. Tentu surga singgahannya. Perkara mampir di neraka sebentar atau tidak sama sekali, maka itu urusan lain. Yang jelas, ending-nya di surga. Itulah yang dijamin oleh al-Hadis.

Siapa yang berdoa pakai wasilah al-Asma' al-Husna, maka sangat berpeluang dikabulkan. Ya iya-lah, lha wong Tuhan dan semua nama sebutannya dilibatkan semua. Barang siapa yang menggunakan al-asma' al-husna untuk mengusir roh jahat, jin, syetan, kuntil anak, genderuwo tetekan akan lebih efektif. Ya iya-lah, karena semua nama dan sifat digdaya Tuhan dikerahkan semua.

Makanya, ayat kaji ini menyeru "You berdoalah kepada Tuhan dengan al-asma' al-husna". Semua umat Islam pasti mampu menghafal al-asama' al-husna, tapi tidak semua mau.

Baca Juga: Fikih Kentut: Ulah Syetan Meniup Dubur agar Kita Ragu Wudlu Batal apa Tidak

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO