Karapan Sapi, Ajang Paling Bergengsi di Madura

Karapan Sapi, Ajang Paling Bergengsi di Madura Salah seorang tukang tongko sedang memacu sapinya dalam sebuah perlombaan karapan sapi.

Bagi masyarakat , karapan sapi bukan sekadar sebuah pesta rakyat yang perayaannya digelar setiap tahun. Karapan sapi juga bukan hanya sebuah tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karapan sapi adalah sebuah prestise kebanggaan yang akan mengangkat martabat di masyarakat.

Bagi masyarakat , Karapan Sapi selain sebagai tradisi juga sebagai pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Karapan sebagai pesta rakyat di mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).

Menurut Tajul, pengertian kata karapan adalah adu sapi memakai kaleles. Kaleles adalah sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah disebut tukang tongko. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.

Orang memberi perbedaan antara karapan sapi dan sapi kerap. Karapan sapi adalah sapi yang sedang adu pacu, dalam kaedaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedang sapi kerap adalah sapi untuk karapan baik satu maupun lebih. Ini untuk membedakan dengan sapi biasa. Ada beberapa karapan yaitu kerrap kei (karapan kecil), kerrap raja (karapan besar), kerrap onjangan (karapan undangan), kerrap jar-ajaran (karapan latihan).

Selain itu, Tajul menjelaskan Kaleles sebagai sarana untuk karapan yang dinaiki tokang tongko (joki) dari waktu ke waktu mengalami berbagai perkembangan dan perubahan. Kaleles yang dipakai dipilih yang ringan (agar sapi bisa berlari semaksimal mungkin), tetapi kuat untuk dinaiki tokang tongko.

Sapi kerap adalah sapi pilihan dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya berdada air artinya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku rapat, tegar tegak serta kokoh, berekor panjang dan gemuk. Pemeliharaan sapi kerap juga sangat berbeda dengan sapi biasa. Sapi kerap sangat diperhatikan masalah makannya, kesehatannya dan pada saat-saat tertentu diberi jamu.

Terkadang lanjut Muluk, perawatan tersebut, tidak sebanding dengan hadiah yang diperoleh bila menang, tetapi bagi pemiliknya merupakan kebanggaan tersendiri dan harga sapi kerap bisa sangat tinggi.

Sapi kerap ada tiga macam yaitu sapi yang cepat panas (hanya dengan diolesi bedak panas dan obat-obatan cepat terangsang), sapi yang dingin (apabila akan dikerap harus dicemeti berkali-kali), dan sapi kowat kaso (kuat lelah, memerlukan pemanasan terlebih dahulu).

Pada waktu akan dilombakan pemilik sapi kerap harus mempersiapkan tukang tongko (joki), tukang tambeng (bertugas menahan, membuka dan melepaskan rintangan untuk berpacu), tukang gettak (penggertak sapi agar sapi berlari cepat), tukang gubra (orang-orang yang menggertak sapi dengan bersorak sorai di tepi lapangan), tukang ngeba tali (pembawa tali kendali sapi dari start sampai finish), tukang nyandak (orang yang bertugas menghentikan lari sapi setelah sampai garis finish), dan tukang tonja (orang yang bertugas menuntun sapi).

Beberapa peralatan yang penting dalam karapan sapi yaitu kaleles dan pangonong, pangangguy dan rarenggan (pakaian dan perhiasan), rokong (alat untuk mengejutkan sapi agar berlari cepat).

Dalam karapan sapi tidak ketinggalan adanya saronen (perangkat instrumen penggiring karapan). Perangkatnya terdiri dari saronen, gendang, kenong, kempul, krecek dan gong.

Sisi lain yang menarik penonton dari karapan sapi adalah kesempatan untuk memasang taruhan antar sesama penonton. Jumlah taruhannya pun bervariasi, mulai dari yang kelas seribu rupiahan sampai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Biasanya penonton yang berdiri di sepanjang arena taruhannya kecil, tidak sampai jutaan. Tetapi, para petaruh besar, sebagian besar duduk di podium atau hanya melihat dari tempat kejauhan. Transaksinya dilakukan di luar arena, dan biasanya berlangsung pada malam hari sebelum karapan sapi dimulai. (fay/rvl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Perahu Pengangkut BBM Terbakar di Pelabuhan Gayam Sapudi Sumenep':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO