Petrokimia Gresik Gandeng Unilever Asia dan PT Garam Jamin Ekosistem Bisnis Pabrik Soda Ash

  Petrokimia Gresik Gandeng Unilever Asia dan PT Garam Jamin Ekosistem Bisnis Pabrik Soda Ash Direktur Operasi & Produksi Petrokimia Gresik, Digna Jatiningsih dan Direktur Utama PT Garam (Persero), Achmad Ardianto teken kerja sama. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com - , perusahaan Solusi Agroindustri anggota BUMN Pupuk Indonesia, bekerja sama dengan (Persero) dan perusahaan multinasional Asia Pte. Ltd. untuk menyukseskan pembangunan Pabrik Soda Ash atau Natrium Karbonat (Na2CO3).

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan secara virtual di dua tempat oleh Direktur Operasi & Produksi Digna Jatiningsih dan Direktur Utama (Persero) Achmad Ardianto, di Gresik, Indonesia, serta Inorganics Procurement Director Asia Pte. Ltd., Pratishtha Garg, di Pasir Panjang, Singapura Kamis (2/9/2021).

Direktur Utama , Dwi Satriyo Annurogo menjelaskan, nota kesepahaman ini dalam rangka menjamin ekosistem bisnis rencana pembangunan pabrik soda ash, di mana akan membeli garam industri sebagai bahan baku soda ash serta bekerja sama dengan Asia sebagai offtaker yang akan menyerap produk Soda Ash.

"Kerja sama dengan ini merupakan salah satu bentuk sinergi BUMN untuk meningkatkan perputaran perekonomian nasional sesuai dengan arahan pemerintah," ucap Dwi Satriyo.

Lebih lanjut, Dwi Satriyo mengungkapkan, pabrik soda ash berkapasitas 300 ribu ton per tahun ini rencananya akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2024 dan bakal menjadi yang pertama di Indonesia. Karena itu keberadaan pabrik ini sangat penting dan menjadi terobosan transformatif dalam mendukung kemajuan industri kimia nasional.

Soda ash merupakan bahan baku berbagai produk yang banyak ditemui sehari-hari, seperti sabun, deterjen, kertas, tekstil, keramik, gelas, kaca beserta turunannya dan lain sebagainya. Untuk itu, kebutuhan soda ash di Indonesia sangat tinggi. Namun, saat ini suplainya 100 persen masih dipenuhi dari impor.

"Ini menjadi peluang besar, Soda Ash nantinya akan memenuhi kebutuhan pasar domestik dan tidak menutup kemungkinan juga dapat melayani kebutuhan pasar global," jelas Dwi Satriyo.

Pembangunan Pabrik Soda Ash menjadi wujud komitmen perusahaan dalam memperkuat industri kimia nasional melalui strategi related diversified industry. Yakni dengan mengoptimalkan pemanfaatan produk samping menjadi produk baru yang memiliki added value untuk mendukung industri lain. Pabrik ini me-utilisasi produk hilir dari pabrik Amoniak-Urea berupa CO2 yang diolah menjadi soda ash.

"Dengan demikian, soda ash yang diproduksi lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku CO2 yang berasal dari proses reaksi kimia dalam pembuatan pupuk Urea, bukan berasal dari pembakaran (combustion) bahan bakar fosil. Ini sejalan dengan prinsip Greenhouse Gas Emission (GGE)," terang dia.

Sedangkan, produk samping pabrik soda ash berupa Ammonium Klorida (NH4CL) dapat digunakan sebagai bahan baku NPK, sehingga dapat mengurangi kebutuhan ZA impor untuk bahan baku NPK.

"Melalui program hilirisasi ini diharapkan akan semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional, sekaligus memperkuat industri kimia sebagai penggerak ekonomi nasional," pungkasnya.

Direktur Utama (Persero), Achmad Ardianto menyampaikan, perjanjian merupakan langkah besar bagi untuk mewujudkan rencana jangka panjang dalam berkontribusi menyediakan garam industri yang berkualitas.

"Selain itu membangkitkan kepercayaan bagi untuk mendapatkan produk berkualitas yang disuplai oleh bahan baku dalam negeri yang juga berkualitas," kata Achmad.

Sementara bagi Asia, pendirian pabrik ini menjadi hal penting bagi struktur industri di Indonesia karena ini akan memanfaatkan sumber daya lokal untuk soda ash.

Penandatanganan MoU ini juga mendukung roadmap Pemerintah Indonesia dalam mencapai target substitusi impor sebesar 35% tahun 2022, untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap barang modal dan bahan baku. (hud/ns)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO