Majelis Sastra Urban: Kantong Sastra Surabaya Ada di Kampus
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Yudi Arianto
Minggu, 26 Juni 2022 05:59 WIB
Majelis Sastra Urban sendiri aktif kembali dengan menggelar diskusi puisi dan pertunjukan seni, pada Sabtu (25 Juni 2022) malam di pelataran Taman Budaya Jatim, tepatnya depan Kantin Heri Lentho. Acara itu pertama kali digelar, setelah sempat vakum akibat pandemi Covid-19.
Pergelaran bertajuk 'Mahmoud Darwish dan Tradisi Puisi Kita' itu merupakan edisi kelima belas. Diskusi puisi kali ini membahas karya Mamoud Darwish.
Menurut Ribut Wijoto, Koordinator Majelis Sastra Urban, puisi karya Mahmoud Darwish mengandung dua aspek penting sehingga layak untuk diperbincangkan. Dari aspek puitik, Ribut menilai Puisi Mahmoud Darwish telah berkontribusi terhadap tradisi sastra Arab modern.
Kemudian dari aspek ketajaman pandangan atas tema, secara konsisten Puisi Mahmoud Darwish memerjuangkan kemerdekaan Palestina. Perjuangan yang membuat dia, bahkan, terusir dari negerinya (eksil) sampai ajal menjemput.
"Saya membaca buku puisi Mahmoud Darwish 'Surat dari Penjara' terjemahan Brah Muhammad. Saya rasakan, di situ, puisi memiliki gelora untuk memerjuangkan sesuatu. Suara dari suatu wilayah, suara dari suatu kultur, suara dari suatu kaum, suara dari gejolak sosial politik. Juga suara dari kesepian, senyap, dan impian-impian personal. Puisi yang mungkin ideologis atau propaganda tapi tetap hadir sebagai sebuah puisi," kata Ribut.
Adapun diskusi sastra itu dimoderatori oleh Nanda A Rahmah. Dengan narasumber pertama Brah Muhammad, penerjemah buku puisi Mahmoud Darwish berjudul Surat dari Penjara. Narasumber kedua Fahruddin Al-Mustofa, kritikus sastra lulusan Université Hassan II Casablanca, Maroko. (ari/rev)