Majelis Sastra Urban: Kantong Sastra Surabaya Ada di Kampus | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Majelis Sastra Urban: Kantong Sastra Surabaya Ada di Kampus

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Yudi Arianto
Minggu, 26 Juni 2022 05:59 WIB

Dok. Majelis Sastra Urban sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Rata-rata sastrawan Surabaya berasal dari kampus. Hal itu diungkapkan Nanda A Rahmah, Anggota Tim Kreatif .

Menurutnya, Surabaya memang berbeda dibanding kota-kota lain. Di Surabaya, kampus menjadi ladang subur munculnya sastrawan baru. Sebab, kampus kerab menjadi tempat diskusi sastra hingga pembacaan .

"Di kampus mereka memulai atau mematangkan proses kreatif. Status mahasiswa membuka luas penjelajahan eksplorasi sastra sebagai bagian dari kerja intelektual. Infrastruktur dan situasi kampus turut menunjang pula," ucap  muda asal Surabaya tersebut, Sabtu (25/6/2022).

Adapun kampus-kampus di Surabaya yang merupakan penghasil sastrawan, menurut Nanda, antara lain Unair, UINSA, Unipa, Unesa, UMS, Unusa, STKW, AWS, serta kampus lainnya.

Karena itu, pihaknya berupaya memberi kesempatan mahasiswa yang memiliki minat ataupun hobi menulis sastra melalui . Termasuk mahasiswa yang bergiat di bidang seni, turut difasilitasi. Sehingga, mereka mendapatkan wadah untuk bereksplorasi, sharing gagasan, untuk mematangkan kreativitasnya.

"Kerap kali, itu menjadi tempat pertama mahasiswa membacakan ataupun menjadi narasumber di hadapan publik. Bertemu audiens umum. Sebelumnya mereka hanya berkutat di kampus atau di ruang maya," kata Nanda yang kebetulan memulai kean di ini.

sendiri aktif kembali dengan menggelar diskusi dan pertunjukan seni, pada Sabtu (25 Juni 2022) malam di pelataran Taman Budaya Jatim, tepatnya depan Kantin Heri Lentho. Acara itu pertama kali digelar, setelah sempat vakum akibat pandemi Covid-19.

Pergelaran bertajuk ' dan Tradisi Puisi Kita' itu merupakan edisi kelima belas. Diskusi kali ini membahas karya Mamoud Darwish.

Menurut Ribut Wijoto, Koordinator , karya mengandung dua aspek penting sehingga layak untuk diperbincangkan. Dari aspek puitik, Ribut menilai Puisi telah berkontribusi terhadap tradisi sastra Arab modern.

Kemudian dari aspek ketajaman pandangan atas tema, secara konsisten Puisi  memerjuangkan kemerdekaan Palestina. Perjuangan yang membuat dia, bahkan, terusir dari negerinya (eksil) sampai ajal menjemput.

"Saya membaca buku 'Surat dari Penjara' terjemahan Brah Muhammad. Saya rasakan, di situ, memiliki gelora untuk memerjuangkan sesuatu. Suara dari suatu wilayah, suara dari suatu kultur, suara dari suatu kaum, suara dari gejolak sosial politik. Juga suara dari kesepian, senyap, dan impian-impian personal. Puisi yang mungkin ideologis atau propaganda tapi tetap hadir sebagai sebuah ," kata Ribut.

Adapun diskusi sastra itu dimoderatori oleh Nanda A Rahmah. Dengan narasumber pertama Brah Muhammad, penerjemah buku berjudul Surat dari Penjara. Narasumber kedua Fahruddin Al-Mustofa, kritikus sastra lulusan UniversitĂ© Hassan II Casablanca, Maroko. (ari/rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video