Caleg DPRD dan DPR di Gresik Keluarkan Uang Tak Sedikit untuk Beli Suara Pemilih, Segini Targetnya
Editor: Novandryo W S
Wartawan: Syuhud
Senin, 12 Februari 2024 09:32 WIB
GRESIK,BANGSAONLINE.com - Calon legislatif (caleg) peserta pemilu 2024, baik untuk DPRD Gresik, DPRD Jatim, maupun DPR RI, menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk membeli suara pemilih.
Uang itu rata-rata sudah diserahkan ke calon pemilih, baik lewat kordinator masing-masing desa, kelurahan, RT, RW, atau tim lain yang dibentuk pada masa kempanye.
BACA JUGA:
Otak Perampokan Disertai Pembunuhan Agen BRILink di Gresik Belum Tertangkap
Gegara Kampanye Tebus Murah Sembako, Bawaslu Kota Malang Tegur Paslon WALI
Kajari Gresik Sebut Sisa Anggaran CSR dari Perusahaan di Desa Roomo Tembus Rp11 Miliar
Korupsi Hibah UMKM Gresik, Direktur YLBH FT Pertanyakan Status Siska dan Joko
"Sudah dibelanjakan. Sudah diserahkan ke calon pemilih sejak masa kampanye terakhir," ucap salah satu caleg yang maju lewat Kabupaten Gresik kepada BANGSAONLINE.com, Senin (12/2/2024).
Menurut ia, target dan kuota belanja suara tiap-tiap caleg tidak sama. Misalnya caleg DPRD Gresik, ada yang mengalokasikan belanja 10-25 ribu suara.
"Untuk caleg DPRD Gresik rata-rata belanja per suara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu, bahkan ada yang nekat belanja Rp150 ribu per suara. Ya tinggal dikalikan saja habisnya berapa," tuturnya.
Sementara untuk caleg DPRD Jatim, rata-rata belanja suara antara 100 ribu hingga 250 ribu untuk dua kabupaten, Gresik dan Lamongan (dapil 13). Rata-rata per suara dibeli seharga Rp20 ribu, Rp30 ribu, bahkan ada yang Rp50 ribu.
Adapun untuk caleg DPR RI, biasanya belanja suara di atas 200 ribu untuk dua kabupaten, Gresik dan Lamongan (dapil 10). Untuk harga per suara mulai dari Rp20 ribu, Rp25 ribu, Rp30 ribu, hingga Rp50 ribu.
"Ya tinggal dikalikan saja untuk biaya belanja suara. Jika belanja sebanyak 400 ribu suara, masing-masing Rp50 ribu per suara, maka uang yang dikeluarkan mencapai Rp20 miliar. Itu baru biaya untuk belanja suara, belum biaya untuk tim, konsolidasi, dan pembuatan serta pemasngan APK," bebernya.
Menurut sumber tersebut, rata-rata caleg menggunakan pola belanja suara maksimal. Sebab, rata-rata hasil belanja tak sesuai dengan jumlah suara yang dibeli.
Simak berita selengkapnya ...