Tak Larut Dukung-Mendukung, Gus Mus Dimintai Fatwa Pilih Siapa,: Istafti Qalbak, Tanya pada Nuranimu | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tak Larut Dukung-Mendukung, Gus Mus Dimintai Fatwa Pilih Siapa: Istafti Qalbak, Tanya pada Nuranimu

Editor: MMA
Selasa, 13 Februari 2024 08:48 WIB

KH A Mustofa Bisri (Gus Mus)

REMBANG, BANGSAONLINE.com – KH A Mustofa Bisri () adalah ulama yang bisa menempatkan diri dalam hiruk pikuk politik Pemilihan Presiden (Pilpres). Berbeda dengan kiai-kiai lainnya yang larut dalam dukung-mendukung Capres-Cawapres, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, itu istiqamah menjaga muru’ah keulamaanya.

Tak aneh, jika banyak masyarakat minta fatwa tentang pemilu yang akan berlangsung Rabu 14 Februari besok, pada ulama yang aktif menulis puisi penuh satire itu. 

"Banyak yang minta fatwa kepadaku, "Nanti milih siapa?" tulis di akun pribadinya di Twitter (kini X).

“Maklum semua calon, masing2 punya kelebihan dan kekurangan. Lagi pula masing2 punya pendukung tokoh2 yang berpengaruh. Jadi kukatakan kepada yang minta fatwa: Istafti qalbak. Tanyakan saja kepada Nuranimu," tulis .

Di tempat berbeda, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu juga mengajak masyarakat Indonesia untuk memilih -cawapres dan caleg dengan akal dan hati nurani.

"Memilih pemimpin itu harus dengan akal dan nurani," tutur di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Senin (12/2/2023).

menjelaskan bahwa semua calon yang ada mesti dipertimbangkan, karena masing-masing sudah punya rekam jejak yang bisa dipelajari.

"Kalau tidak bisa memilih yang terbaik, pilih yang tidak begitu buruk dari yang buruk-buruk. Kemudian tanya kepada hati nurani, mana pilihan saya?" tegas dikutip NU Online.

Menurut , kalau pemilih memilih dengan melihat rekam jejak dan sesuai hati nurani, maka tidak peduli nanti yang menang siapa.

Tetapi, kata , kalau pemilih memilihnya dengan emosi, maka nanti sesudah pemilihan, pemilih masih emosi. Sahabat karib Gus Dur yang rajin menulis "Jumat Call" di akun media sosialnya ini juga berpesan agar dalam memilih tidak hanya ikut-ikutan, karena yang diikuti itu jangan-jangan dia juga pengikut.

"Dan ingat, kalau pilihan seperti pilihan presiden, itu lima tahun sekali. Kalau kamu salah milih, toh nanti masih ada lima tahun lagi, bisa mikir lagi," katanya seraya terkekeh.

"Jangan dianggap seperti pemilihan setelah yaumil qiyamah, anggap enteng aja," tutur menasehati.

Menurut , dengan memilih dengan cara seperti itu, maka menang kalah pun dia tidak akan menimbulkan persoalan yang macam-macam.

"Tapi kalau pemilihnya ada rasa gela (kecewa) segala macam, ingatlah bahwa nanti masih ada, lima tahun lagi masih ada pemilihan lagi. Kalau sekarang ndak menang, coba nanti lima tahun lagi, pilih lagi, barangkali menang. Atau nyalon lagi," kata lagi.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video