Mengenal Ruwa-Ruwa: Tradisi Jelang Lebaran yang Masih Dilestarikan Warga Diponggo Pulau Bawean | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Mengenal Ruwa-Ruwa: Tradisi Jelang Lebaran yang Masih Dilestarikan Warga Diponggo Pulau Bawean

Editor: Novandryo W S
Wartawan: Agus Salimullah
Rabu, 10 April 2024 15:53 WIB

Masyarakat Desa Diponggo, Pulau Bawean, Gresik, yang masih melestarikan tradisi Ruwa-Ruwa.

GRESIK,BANGSAONLINE.com - Menyambut Hari Raya Idulfitri 1445 H, masyarakat Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, , , Jawa Timur memiliki tradisi khas.

Tradisi turun-temurun itu mereka namai Ruwa-Ruwa.

"Ya, Ruwa-Ruwa merupakan tradisi turun temurun di Diponggo. Tradisi ini merupakan bentuk perwujudan rasa syukur kami telah diberi kelancaran selama berpuasa. Kegiatan ini juga diwarnai dengan kirim doa pada arwah leluhur," ujar Kiai Nurul Huda, salah seorang tokoh masyarakat Desa Diponggo kepada BANGSAONLINE.com Selasa (9/4/2024).

Dijelaskan, tradisi Ruwa-Ruwa tiap tahun dilaksanakan oleh warga Diponggo secara serentak di lima dusun.

Yakni Dusun Petambanan Sungai Wungur, Dusun Balong Kampung tengah, Dusun Pagedangan, Dusun Duko, dan Dusun Kademangan Walu Tumpu. Kegiatan ini mereka laksanakan di mushalla masing-masing dusun.

Warga yang datang ke mushalla membawa berkat yang berisi nasi beserta lauk pauk dan dilengkapi dengan snack dan minuman. 

Setelah acara tasyakuran usai, berkat yang ada secara acak diberikan lagi kepada warga yang hadir.

"Sebenarnya sajian yang ada bukan berkat seperti saat ini, melainkan wadahnya berupa ancak (anyaman bambu) dilapisi daun pisang yang isinya ketan, dodol, dan nasi. Namun seiring perkembangan zaman, berkatnya berubah. Namun hal itu tidak mengurangi nilai tradisi yang ada," ungkap Kiai Nurul.

Selain tradisi Ruwa-Ruwa, tradisi unik lainnya yakni acara maleman di malam ganjil di atas tanggal 20 selama Ramadan. 

Tradisi itu mereka namai malamem selikur, maleman telulikur, maleman limalikur, maleman pitulikur, dan maleman songolikur.

Uniknya, tradisi maleman itu dilakukan secara bergantian dari dusun ke dusun. Untuk maleman selikur (malam 21 ramadan) diikuti para modin-modin yang digelar di Masjid Waliyah Zainab. 

Kemudian malamen telulikur (malam 23) dinamakan sugih Kademangan, maleman limalikur (malam 25) dilaksanakan di kampung tengah, Maleman pitulikur (malam 27) dikenal dengan maleman Lailatul qodar dilaksanakan di Dusun Petambanan. 

Terakhir tradisi maleman songolikur yang dikenal dengan maleman Husnul Khotimah dilaksanakan di Dusun Balong.

Acara maleman di lima dusun tersebut diisi dengan hotmil Quran dan membaca Salawat Syarafal Anam dan diakhiri dengan doa hotmil quran. Selain itu, warga yang hadir membawa berkat yang nanti ditukar dengan warga lainnya.

"Saya berharap tradisi ini bisa lestari di Desa Diponggo pada khususnya dan di pada umumnya," harap Kiai Nurul. (asa/van)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video