Tafsir Al-Nahl 77: Tapi Kiamat Masih Lama
Wartawan: -
Minggu, 05 Juni 2016 16:07 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Walillaahi ghaybu alssamaawaati waal-ardhi wamaa amru alssaa’ati illaa kalamhi albashari aw huwa aqrabu inna allaaha ‘alaa kulli syay-in qadiirun."
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Keimanan itu berorientasi pada yang gaib-gaib, yang tidak terlihat, yang akan datang dan tidak bisa dibuktikan seketika. Karena urusan keyakinan, maka sifatnya subyektif dan suka-suka. Semua konsep keimanan, dari agama manapun pasti diperkuat dengan dasar pemikiran, baik rasional maupun dalil kitab suci. Jika masing-masing berpegang teguh pada kitab yang disucikan, lalu kitab mana yang dijadikan pedoman paling benar? Bagi umat islam, kitab suci yang wajib dipedomani adalah al-Qur'an al-Karim. Tapi tidak dengan agama lain.
Oleh sebab itu, dalam urusan keimanan tidak ada hakim yang disepakati sebagai rujukan tunggal. Meskipun demikian, agama tidak bisa lepas dari tinjauan akademik dan tidak pula bisa lepas dari nalar kritis. Karena ajarannya terbuka untuk umat manusia, maka ajaran dan doktrinnya harus terbuka pula dan siap dikaji dan diktritisi. Dari nalar kritik inilah, akan nampak agama mana yang punya konsep konferhenship.