Tafsir Al-Nahl 90: Lebih Menikmati Ayat Suci Ketimbang Musik Religi
Senin, 13 Juni 2016 16:06 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Dialah Usman ibn Madh'un, dulunya seorang sastrawan terkenal di zamannya yang berpikir obyektif terhadap setiap kerja kesusateraan. Lalu masuk islam dan tetap menekuni keahliannya sehingga mencapai derajat al-qary', guru besar al-Qur'an. Usman bertutur mengenang masa lalu saat awal kali masuk islam.
"Aku malu kepada Rasulullah SAW (tidak lain karena ayat-ayat al-Qur'an yang turun sungguh memukau dan bernilai sastra amat tinggi). Lalu aku memeluk Islam murni karena malu kepadanya. Perjalanan keislamanku berlangsung menggairahkan dan aku terus mengikuti turunnya wahyu, ayat demi ayat, hingga turulah ayat ini (90).
Ketika ayat ini turun, aku ketemu al-Walid ibn al-Mughirah, tokoh sentral seantero Makkah yang dulu pernah diusung masyarakat dan diharap bisa dipilih Tuhan menjadi nabi akhir zaman. Tapi Tuhan punya keputusan lain. Muhammad anak lelaki Abdullah, cucu Abdul Muttalib yang dipilih. Kepada al-Walid aku bacakan ayat ini. "inn Allah ya'mur bi al-'adl wa al-ihsan ..dst.". Spontan al-Walid terperanjat dan tercengang, lalu meminta aku mengulangi membaca ayat tersebut, "a'id, a'id ya ibn akhi!". Aku menurut dan membaca ulang.
Simak berita selengkapnya ...