Ritual Mepe Kasur, Tradisi Awal Dzulhijah Suku Osing Kemiren Banyuwangi
Senin, 05 September 2016 08:51 WIB
BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com – “Hang sun rasakaken, sak bare ngetokaken kasur teko umah, umah katon rumyang lan rijig. Mulo iku awak kroso sehat lan ati adem,” kata Serat, warga Kemiren dengan logat Usingnya yang khas.
Itulah antara lain manfaat yang dirasakan warga suku Using Kemiran dari tradisi mepe kasur (jemur kasur-red), sebuah tradisi menjemur kasur secara bersamaan di sepanjang depan rumah warga sebelum dilaksanakan Tumpeng Sewu, pada malam harinya.
BACA JUGA:
Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi
Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB
Rumah di Banyuwangi Rusak Usai Diterjang Hujan Deras dan Tertimpa Pohon
Diduga Mabuk Sopir Truk Fuso Tabrak Pagar Masjid Ikon di Banyuwangi, 3 Motor Rusak Parah
Faiz Fadloli, warga Osing Kemiren lainnya menambahkan, tradisi tersebut telah dilakukan turun temurun sejak lama. "Iki wes dilakoni masyarakat Kemiren mulai bengen tiap tanggal 1 Dzulhijjah," ujar nya.
Tradisi unik masyarakat Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini selalu digelar setiap menjelang Hari Raya Idul Adha. Tahun ini, tradisi itu berlangsung Minggu (4/9).
Ratusan warga nampak kompak mepe kasur di sepanjang jalan desa setempat.
Di setiap depan rumah penduduk berjajar rapi jemuran kasur. Uniknya, kasur-kasur tersebut memiliki warna yang seragam, yaitu berwarna dasar hitam dengan pinggiran merah.
Sesekali, juga terlihat warga yang sedang memukul-mukul kasur yang mereka jemur itu dengan sapu lidi atau penebah rotan agar bersih.
Masyarakat Using meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit.
Khusus bagi pasangan suami isteri, tradisi ini bisa diartikan terus memberikan kelanggengan. Karena setelah kasur-nya dijemur, akan empuk kembali, sehingga lebih nyaman dan bisa tidur seperti pengantin baru.