Tafsir Al-Nahl 123: Perintah Berguru kepada Orang di bawahnya | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 123: Perintah Berguru kepada Orang di bawahnya

Jumat, 23 Juni 2017 13:15 WIB

Ilustrasi

Pertama, bahwa berguru kepada orang yang lebih rendah derajatnya (al-mafdlul) itu boleh. Hal itu karena hakekat ilmu, hikmah, kebajikan itu dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang dipilih. Bisa dia seorang yang lebih rendah derajatnya dibanding anda, atau lebih tinggi. Bahkan bisa, sang pengantar ilmu itu syetan, seperti Abu Hurairah R.A. yang diberi ijazah baca ayat kursi setiap malam. Ternyata pemberi ijazah itu adalah syetan dan setelah dikonsultasikan kepada Rasulullah SAW, ijazah itu memang benar demikian.

Kedua, ajaran tawadlu', tidak congkak, tidak merasa unggul sendiri. Hal itu karena masing-masing manusia punya kelebihan dan kekurangan sediri-sendiri. Meski dia orang rendahan, tapi pasti punya kebaikan yang tak terlihat. Ulama tempo dulu banyak belajar soal ini. Al-Imam Malik ibn Anas pernah berguru kepada peternak anjing untuk mengetahuhi sifat-sifat anjing termasuk kadar kenajisan air kencingnya. Malik ingin mengkonfrontir antara informasi al-Hadis tentang anjing dengan fakta yang ada di lapangan.

Ketiga, pentingnya mengetahui nilai-nilai sejarah umat masa lalu, lalu diambil pelajaran berharga demi kebaikan masa sekarang. Keburukan masa lalu harus tetap diingat sebagai pelajaran, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, bukan untuk diratapi dan ditangisi. Sedangkan kebaikan masa lalu harusnya dilupakan agar terhindar dari sum'ah dan pongah. Selanjutnya berbuat yang lebih baik dari pada yang kemarin.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video