Tafsir Al-Nahl 123: Ibrahim A.S. dan Syetan Intel
Jumat, 30 Juni 2017 21:05 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
Tsumma awhaynaa ilayka ani ittabi’ millata ibraahiima haniifan wamaa kaana mina almusyrikiina (123).
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Al-Mujtaba, Ibrahim A.S.,sungguh bisa melihat mana bisikan Tuhan dan mana bisikan Syetan, sehingga langkahnya benar. Kisahnya sudah sering kita dengar, bahwa bisikan Tuhan, meski sangat berat, tidak masuk dinalar, melanggar hukum, menghilangkan nyawa tanpa dosa, tetap dilaksanakan dengan tulus. Seperti perintah menyembelih anak kandung sendiri.
Sebaliknya, meski itu kelihatan bagus, masuk akal, manusiawi dan dibenarkan hukum, jika itu bisikan Syetan, maka dilawan. Seperti Syetan yang menghalangi Ibrahim ketika pergi ke tempat penyembelihan sang anak, di jalan, Syetan datang menggoda dan memberi pertimbangan yang sangat bagus, masuk akal dan dibenarkan hukum syariah, tapi Ibrahim tahu, bahwa itu suara Syetan, maka dilawan, diusir dan dilempari. Ketangguhan Ibrahim dalam keimanan inilah menyebabkan dia menjadi muslim panutan, bapak umat islam.
Ibrahim yang lahir dari lingkungan penguasa zalim dan animistik, di mana keluarganya terkurung dalam pagar istana yang kejam, tapi oleh Allah diloloskan sehingga bisa tumbuh dewasa dan menemukan Tuhan sejati atas bimbingan-Nya. Itulah kekuasaan Tuhan, bisa saja mengeluarkan sinar dari lumpur yang kelam. Juga tidak ada kesulitan membutakan mata seseorang meski dalam cahaya terang-benderang.