Tafsir Al-Nahl 124: Libur Hari Minggu, Bukti Toleransi Besar Umat Islam | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 124: Libur Hari Minggu, Bukti Toleransi Besar Umat Islam

Selasa, 04 Juli 2017 15:26 WIB

Sesungguhnya tidak ada kesulitan jika umat Islam waktu itu, atau sekarang memaksa dan mengubah hari libur nasional adalah hari Jum'ah. itu wajar dan sangat cukup beralasan, karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Dan itulah keadilan dalam berdemokrasi, apalagi demokrasi proporsional. Nyatanya, semua itu tidak dilakukan oleh umat Islam demi, - sekali lagi - demi menghormati sedulur yang beragama Nasrani. Tapi, apakah lantas mereka menyadari toleransi besar yang diberikan umat Islam ini?

Lihat apa yang dilakukan oleh para orang-orang Islam, utamanya orang-orang pesantren. Tidak mau mengusik itu, melainkan mengamalkan libur hari Jum'ah untuk kalangan sendiri. Diamalkan di lembaga-lembaga dan di pesantren-pesantrennya sendiri. Meskipun demikian, jika pemerintah punya hari efektif yang mesti diikuti, seperti ujian negara yang jatuh pada hari Jum'ah, orang-orang pesantren tunduk dan mengaktifkan hari Jum'ah sebagai hari efektif, padahal biasanya adalah hari libur. Kurang mengalah seperti apa lagi umat Islam?

Bandingkan dengan umat kristen dan perkembangan gereja akhir-akhir ini. Jumlah gereja di seluruh negeri ini mencapai seputar 56.000, dengan skor perkembangan lebih cepat dibanding pertumbuhan masjid. Baru kali ini, baru era pemerintahan terjadi hal demikian.

Tidak hanya itu, satu saja gereja yang mendapatkan persoalan, misalnya soal izin pendirian atau ada insiden, seringan apapun, maka mereka cepat-cepat mempersoalkan dan mengangkatnya ke ranah internasional. Ya, karena mereka punya jaringan internasional yang hebat. Pokoknya mengangkat perkara ke internasional demi gereja mereka, tanpa menghiraukan apa kerugian negara akibat itu, tanpa mau tahu soal toleransi dan lain-lain.

Secara umum, 56.000 gereja di NKRI ini aman-aman saja dan sangat bagus. Tapi ada satu gereja Yasmin di wilayar Bogor yang perizinannya sedang mengalami masalah. Bukan ditolak, melainkan diupayakan digeser letaknya oleh pemerintah kota setempat karena berbagai pertimbangan. Apa ulah mereka, mereka mengangkat masalah gereja Yasmin ini ke forum internasional, mereka bicara di hadapan dunia. Padahal perizinan pendirian gereja itu bukan wilayah Tuhan, melainkan wilayah Wali Kota.

Kini tibalah saatnya kita menawarkan, bukan menagih, apalagi menuntut. Kiranya ada baiknya, atas dasar toleransi terhadap kehormatan mayoritas, maka HARI LIBUR NASIONAL ADALAH HARI JUM'AH, bukan Minggu. Kita lihat apa tanggapan umat Nasrani soal ini? Puluhan tahun umat Islam mengalah dan terus mengalah, toleran dan terus toleran, meskipun tidak dihargai.

Apesnya, jika ada sedikit masalah, kita dikutuk sebagai intoleran, merusak kerukunan antar umat beragama, mengancam NKRI dll. Jika yang mengutuk itu pejabat pemerintah, maka kita maklum. Tapi bila yang mengutuk itu justru sesama muslim, tokoh lagi, kiai lagi, maka kadang penulis berpikir, apa ya, yang ada dipikiran si tokoh itu?

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video