Tafsir Al-Nahl 125: Terkadang Diam, Cara Dakwah Terbaik | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 125: Terkadang Diam, Cara Dakwah Terbaik

Kamis, 17 Agustus 2017 10:49 WIB

Ilustrasi

Para hadirin yang notabenenya adalah keluarga Rasul sendiri, utamanya yang tua-tua, para paman dan bibi tidak memberikan respon apa-apa terhadap apa yang dikatakan si Abu Lahab. Ya, karena dia termasuk jajaran tetua dan kayaraya. Namun, di sisi lain, mereka tahu persis, bahwa Muhammad ibn Abdillah adalah pribadi yang sangat jujur dan tidak pernah bohong.

Cacian Abu Lahab berakhir dan suasana yang semula ceria, saling akrab bertabur senda gurau berubah menjadi hening dan membingungkan. Akhirnya, mereka hanya bisa menunggu saja apa jawaban nabi Muhammad SAW nanti, sambil was-was mengantisipasi keadaan berikutnya. Apa yang dilakuakan Nabi?

Di tengah-tengah semua wajah menatap, semua mata tertuju memperhatikan beliau, semua telinga siap mendengar jawaban, ternyata sebagai tuan rumah, Nabi mulia itu membalas dengan menebar senyum kepada semua hadirin sembari mempersilakan agar mencicipi hidangan yang telah disediakan.

Ekspresi Nabi sungguh hebat, alami dan natural sehingga mampu menetralisir keadaan yang semula bertegang-tegang menjadi datar kembali seolah tanpa terjadi apa-apa. Hadirin mulai terbawa oleh tampilan dan canda ringan yang dilempar Nabi sehingga hidangan mulai dinikmati sedikit demi sedikit. Dengan ramah Nabi mengucapkan terima kasih atas kedatangan para keluarga dan menyalami satu per satu dan kenduri berakhir.

Hanya Abu Lahab yang tertunduk malu dan bersungut-sungut, karena apa yang dia katakan sama sekali tidak ada artinya apa-apa, berlalu dan seolah tak pernah ada. Malah membuka watak jahatnya sendiri di hadapan keluarga. Gayung yang dia ayunkan ternyata tidak disambut dan umpan yang dia lempar ternyata tidak termakan. Begitulah, kadang diam justru cara dakwah terbaik. Di sini, kematangan emosional Nabi ditunjukkan, betapa dewasa dan benar-benar tenang menguasai keadaan, tanpa terpancing sedikit pun.

Pujian demi pujian disampaikan oleh para paman dan bibi yang pro Nabi. Tapi Nabi segera memberi tahu akan mengundang kenduri lagi. Silang pendapat terjadi, soal apakah Abu Lahab diundang atau tidak. Keputusan Nabi bulat, justru itu sasarannya, maka Abu Lahab harus diundang dan harus datang.

Kenduri kedua diadakan dan begitu hadirin pada ngumpul, mumpung belum diserobot Abu Lahab lagi, Nabi segera berdiri memberikan sambutan sebagai tuan rumah. Abu Lahab tertunduk dan asyik mendengarkan. Kata demi kata mengalir hingga memasuki tujuan utama kenduri itu, yakni penyampaikan pesan agama, agama islam denga sebagai kelebihannya.

Memang dialog kecil terjadi dan Nabi mampu mengatasi. Pesan teologis yang disampaikan Nabi itu masuk di benak masing-masing yang datang sehingga menjadi bahan angan-angan yang dibawa pulang dan mesti dipikir-pikir. Acara segera ditutup, tanpa memberi kesempatan Abu Lahab untuk berkata-kata lagi. Nabi mendapat simpati dari hadirin, sekaligus mengunci gerak Abu Lahab. Dua kosong untuk Nabi. 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video