Menelusuri Goa Jepang dan Alas Puspo di Gunung Wilis, Menaklukan Dingin dan Medan yang Menantang | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Menelusuri Goa Jepang dan Alas Puspo di Gunung Wilis, Menaklukan Dingin dan Medan yang Menantang

Wartawan: Arif Kurniawan
Selasa, 31 Oktober 2017 00:37 WIB

Goa Jepang yang diyakini sebagai persembunyian tentara Jepang saat zaman penjajahan.

“Saat kami masuk, ternyata goa ini dipenuhi air seperti kolam renang, dengan kedalaman 0,5 meter. Airnya juga sangat dingin. Seperti air dari kulkas,” terang Catur.

Lebar dalam goa, sekitar 3 meter dengan bentuk U, bisa juga seperti huruf T. Atapnya terbuat dari tanah biasa. Dari tekstur itu, goa ini memang buatan manusia. “Dulu, di sini ada penyanggahnya dari kayu,” kata Catur sambil menunjuk dinding goa.

Jika air kosong, lantai goa bisa terlihat bekas ompak dari kayu. Kedalaman goa sekitar 5 meter, dengan bentuk T. Ke kanan dan ke kiri, masing-masing 4 meter. Di dalamnya, ada kelelawar besar yang menempel di dinding goa. Bentuknya, juga sangat aneh. Terlihat lain dari kebanyakan kelelawar yang pernah kita lihat. Catur meyakni, sebenarnya goa itu besar dan lebar jika kita terus masuk ke dalam. Itu bisa terlihat dari bekas penyangga goa.

Puas merekam goa perlindungan Jepang, tim merangsek ke atas. Mereka naik lagi melewati camp tempat mendirikan tenda. Sasarannya, Alas Puspo. Bedanya, jalan ke Hutan Puspo tidak terlalu naik dan turun. Lebih banyak landai dan bisa dibilang sejajar dengan camp mereka, meski hutan itu puspo berada di punggungan.

Sebelum memasuki hutan puspo, ada parit yang berukuran besar. Sepertinya, parit itu sengaja dibuat saat ada yang menanam pohon. Ini untuk melindungi agar tidak terjadi erosi. Meski begitu, untuk menuju Alas Pospo, tim harus melewati semak belukar tebal. Bahkan ada kalanya, mereka harus berjalan menunduk karena banyaknya semak yang menyatu.

Memasuki Hutan Puspo, ketinggian pohonnya bisa sekitar 70 hingga 100 meter lebih. Pohonnya lurus. Semuanya berdiri berjajar teratur. Lurus itulah, yang menjadikan Hutan Puspo menjadi unik dan menarik. Yang menarik lagi, pohon-pohon itu masih utuh.

Sebuah penanda, bahwa kawasan itu belum terjadi pembalakan liar. Kayunya pun beragam. Pohon kayu meranti, misalnya, terhampar di lahan sekitar 10 hektare.

“Sangat luar biasa. Kita bisa melihat pohon-pohon yang menjulang tinggi. Hawa pengunungan yang sejuk, dan bisa berada di tengah-tengah kabut, seperti negeri di atas awan,” gumam Andi, salah satu peserta yang juga pemula untuk kegiatan pencinta alam.

Puas mengabadikan alas puspo, tim pun kembali ke camp untuk sekadar menikmati sarapan, sekaligus berkemas pulang dengan perjalanan yang sama. Lantaran medannya kebanyakan menurun dan basah, terpeleset dan kram, adalah bagian dari resiko yang harus dihindari. Anda tertantang ke sana? (rif)

 

 Tag:   wisata kediri

Berita Terkait

Bangsaonline Video