Tafsir Al-Isra’ 41: Keimanan Jujur, Hanya Milik Muslim | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra’ 41: Keimanan Jujur, Hanya Milik Muslim

Editor: Redaksi
Sabtu, 18 Mei 2019 12:13 WIB

Ilustrasi

Al-Qur’an menyebut islam sebagai agama fitrah. Silakan dibuktikan, apa benar Allah SWT itu sudah ada dan bersemayam di dalam jiwa setiap insan sejak dia dicipta, sejak dia dilahirkan. Caranya, ambil bayi nol usia, lalu rawatlah di tempat kosong tanpa pengaruh apa-apa, tanpa ada informasi apa-apa. Biarkan hingga dewasa, hingga perkembangan otaknya bisa bekerja mencari sesuatu. Sudah pasti menemukan Tuhan, Tuhan yang menguasai alam semesta.

Andai ditawari Tuhan yang tidak bisa mencipta, umpama Tuhan Yengki, Johny, Budhi yang notabenenya tidak bisa kuasa apa-apa, malah bisa mati, maka pasti menolak. Sadarlah, sejarah sudah pernah membuktikan itu berkali kali, sejak zaman nabi Nuh A.S. yang terkenal dengan Tuhan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, Nasr, juga zaman nabi Musa, muncul Tuhan rekaan al-Samiry dengan Tuhan berupa patung anak sapi yang terbuat dari emas murni.

Termasuk nabi Uzair A.S. karena kecerdasannya yang luar biasa dan diberi pengetahuan alam ghaib dan masa lalu, lalu dia dianggap anak Tuhan oleh orang-orang Yahudi. Juga nabi Isa yang lahir dari vagina seorang wanita, Maryam seperti kita lahir, hanya saja tanpa ayah biologis, lalu dianggap anak Tuhan (tuhnan) oleh orang-orang nasrani. Dilanjutkan orang kafir jahiliah yang menyekutukan Tuhan yang menuhankan berhala Hubal, Lata, Uzza, Manat dan lain-lain.

Semua itu boleh-boleh saja dan silakan. Tapi landasan pemikirannya hanyalah keyakinan sepihak, kepercayaan tertutup, dan itu sah menurut hak asasi manusia. Tetapi pasti gugur bila diuji oleh akal sehat dan dialog ilmiah yang menggunakan kriteria ketuhanan absolut. Bahwa Tuhan harus berkuasa dan mampu mencipta, Tuhan harus hidup abadi tanpa awal dan tanpa akhir.

Bagaimana mungkin seorang tuhan lahir dari kalangan manusia yang lahir sendiri saja tidak biasa, lalu mati. Kalau tuhan mati, lalu siapa yang mengurus alam ini. Orang tak bertuhan akan menjawab begini, "Ya berjalan saja sesuai hukum alam". Ini pun masih bisa diuber: "Lalu siapa yang mencipta hukum alam tersebut?".

Tuhan juga harus maha sempurna. Menyempurnakan diri sendiri saja tidak bisa, mana mungkin bisa mengurus alam semesta. Di sini, konsep tuhan-tuhanan selain Allah SWT pasti gugur. Perkara masih ada yang meyakini, itu hak mereka.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video