Tafsir Al-Isra' 59: Dakwah Membuat Orang "Takut" Itu Lebih Baik | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra' 59: Dakwah Membuat Orang "Takut" Itu Lebih Baik

Editor: Redaksi
Kamis, 29 Agustus 2019 22:47 WIB

Ilustrasi

Dengan teguran ayat ini, bisalah dipahami, bahwa tidak selamanya dakwah pakai kesantunan nan toleran, ngalah, dan sabar, itu baik. Sebab dari sisi lahiriah, sering kali tidak ada bedanya antara toleran dan kelemahan. Toleran dan pasif sama halnya dengan tidak berbuat apa-apa. Lemah iman juga tidak berbuat apa-apa. Sama-sama tidak mengubah keadaan. Hanya mengandalkan hidayah turun dari langit. Tidak sama dengan toleran yang punya program dan agresif. Perbuatan maksiat suatu ketika ditolerir, tapi waktu selanjutnya diubah dan diarahkan.

Untuk itu Tuhan mengingatkan, bahwa pemberian mukjizat teruntuk para nabi punya banyak fungsi, antara lain:

Pertama, pendukung atas kebenaran dakwah yang disampaikan oleh Nabi yang bersangkutan. Dengan adanya mukjizat, maka kewibawaan nabi makin kuat dan dakwah islamiahnya makin terpercaya. Ada orang yang mudah didakwahi, meski tanpa ada bukti fisis. Dan ada orang yang baru mau percaya jika ada bukti. Di sini, mukjizat diperlukan.

Kedua, mukjizat sebagai ancaman bagi mereka yang tidak mau beriman. Inilah yang ditera pada ayat studi ini " ..wamaa nursilu bial-aayaati illaa takhwiifaan". Jadi, sesungguhnya mukjizat itu warning (takhwif) ketika umat bawel dan mendustakan. Sudah menyaksikan sendiri kebenarah dakwah nabi, masih saja ingkar. Maka bagi Tuhan, cukup beralasan untuk menyiksa mereka.

"Takhwif" (mengancam, menakut-nakuti) oleh ayat ini dibahasakan dalam bentuk istitsna' "illaa takhwifa", menjadi tujuan satu-satunya. Hanya bertujuan takhwif Tuhan memberikan mukjizat pada nabi-Nya.

Dari sisi kejiwaan, ini sangat manusiawi dan mendasar. Dibanding dengan perintah berbuat kebajikan dengan iming-iming pahala, nafsu, dan kejahatan, manusia lebih bisa terkendali jika ada dosa, ada ancaman, ada hukuman yang pasti diterapkan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Inilah tindakan prevensi yang harus lebih dahulu dikondisikan demi menyongsong kesalehan perilaku manusia. Ulama' menyebutnya dengan langkah "dar' al-mafasid". Langkah ini lebih diutamakan ketimbang "jalb al-mashalih", menggapai kemaslahatan.

Di negeri ini, dakwah lebih dipopulerkan dengan gaya toleran, sehingga kemaksiatan-kemaksiatan tertentu, seperti buka aurat di depan umum, jogetan, menari erotis, interaksi laki-perempuan, termasuk tidak shalat dan tidak puasa, sangat bebas dilakukan atas nama kebebasan dan toleran. Inilah akibat dakwah toleran.

Sedangkan maksiat besar seperti prostitusi, minuman keras, narkoba, pencurian, korupsi, pencucian uang, penggangu kedamaian sudah benar, yaitu diatur dengan Undang-Undang dan ancaman hukuman. Tinggal pelaksanaannya, dituntut serius, adil, dan tidak tebang pilih. Itulah dakwah pola "takhwif", maka hasilnya lebih nyata walau terkesan dipaksakan. Lebih baik dipaksakan, diancam, dan aman daripada ditolerir, dimaaf, tapi malah ngelamak dan brutal.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video