Tafsir Al-Isra' 61-62: Jika Tuhan Tidak Adil, Lalu Kamu Mau Apa? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra' 61-62: Jika Tuhan Tidak Adil, Lalu Kamu Mau Apa?

Editor: Redaksi
Sabtu, 21 September 2019 21:42 WIB

Ilustrasi

Pertama, keberanian Iblis mengangkat kepala di hadapan Tuhan. Terma "ara'aytak" sungguh kata-kata emosional yang lahir dari rasa dongkol dan siap melawan. Setelah diminta agar bersujud (menghormat) kepada Adam dan Iblis menolak, dia tidak berlaku sopan dan meminta maaf atas ketidak sanggupannya, malah melototi Tuhan dan berkata-kata menantang.

Jika Iblis punya santun sedikit saja, lalu meminta maaf atas keberatannya, maka sudah pasti Tuhan bersikap lain. Mungkin tetap terkutuk, tapi gak nemen-nemen. Tidak total masuk neraka.

Ibarat seorang guru yang memerintahkan semua siswa agar mengerjakan PR matematika. Ada yang patuh dan ada yang tidak. Yang tidak mengerjakan ada dua. Ada yang merasa salah, lalu meminta maaf kepada guru sembari mengutarakan alasan dan ada yang sengaja tidak mengerjakan dan tidak merasa salah, bahkan malah menghina. "Halah.. untuk apa belajar matematika. Toh tidak menjadi pitakon kubur... dll". Nah, Iblis itu kayak yang terakhir ini. Jika anda gurunya..?

Kedua, kesombongannya, hingga berani menggurui Tuhan. "a-asjudu liman khalaqta thiinaan". "Ya Tuhan, You ini gimana, mosok saya disuruh bersujud kepada makhluq yang tercipta dari tanah". Di sini, Tuhan ditegur sebagai tidak adil. Tuhan juga disuruh berpikir logis sesuai logikanya sendiri. Tuhan juga diprotes karena mengunggulkan Adam atas dirinya. "haadzaa alladzii karramta ‘alayya".

Iblis memandang dirinya lebih hebat, lebih super dan berkelas hanya atas dasar bibit dan asal penciptaan. Iblis terjebak dalam kesombongan diri sendiri, hingga memandang Adam lebih rendah, karena sekadar dicipta dari tanah. Sisi inilah, salah satu materi andalan yang akan dijadikan Iblis menggoda anak Adam.

Seseorang dibisikkan, betapa dia adalah keturunan si Fulan dan si Fulan. Yang habib, bisa saja terbuai dalam perasaan besar terhadap diri sendiri, merasa dzurriyah Nabi, dihormati alam dan lain-lain. Yang Gus, yang anak kiai, yang Raden, yang Bendereh, bisa saja pethunthang-pethunthung merasa tinggi derajat hanya karena keturunan.

Sedikit saja hati kita merasa sombong, maka iblis sudah ada di dalam diri kita. Jika seseorang maunya diperlakukan lebih, maunya ditempatkan di kursi depan dalam acara seremonial, maunya dicium tangannya dll, maka sejatinya dia sudah terkontaminasi moral Iblis.

Apa yang diperbuat Iblis di hadapan Tuhan adalah cerminan protes, tidak terima dan menggugat keadilan menurut ukurannya sendiri. Sementara Allah SWT adalah yang menciptakan segala. Dialah dzat yang mengatur segala. Mosok mau diatur? Dialah Dzat yang memberi tanpa sedikit pun pernah menzalimi. Jika Iblis menuduh Tuhan sebagai tidak adil, kemudian kecewa, membangkang dan sebagainya, terus mau apa?

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video