Gandeng Sejumlah Komunitas, Sido Resik Gelar Deklarasi Sidoarjo Bebas Sampah | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Gandeng Sejumlah Komunitas, Sido Resik Gelar Deklarasi Sidoarjo Bebas Sampah

Editor: .
Wartawan: Mustain
Kamis, 26 September 2019 21:43 WIB

IKRAR: Sejumlah komunitas saat deklarasi Sidoarjo Bebas Sampah di sela sosialisasi Bank Sampah, di Hotel Luminor Sidoarjo, Kamis (26/9). foto: MUSTAIN/ BANGSAONLINE

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Sejumlah komunitas peduli lingkungan menggelar deklarasi Sidoarjo Bebas Sampah, di Hotel Luminor Sidoarjo, Kamis (26/9). Deklarasi digelar di sela Sosialisasi Pengembangan Bank Sampah dalam Menunjang Sirkulasi Ekonomi Masyarakat Menuju Indonesia Bersih Sampah 2025 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Deklarasi ini dimotori Sido Resik, sebuah komunitas yang bergiat dalam penanganan sampah di Sidoarjo, dengan basis riset dan gerakan sosial. Bersama para aktivis lingkungan hidup, mahasiswa dan pemuda, Sido Resik siap berkolaborasi, bersinergi, dan berinovasi menuju Sidoarjo Bersih.

"Harapan kami para pemuda dan pemudi Sidoarjo menjadi motor penggerak perubahan. Sekali keluar bisa mengubah cara berpikir masyarakat serta bisa menjadi pioner di Jatim dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengelolah sampah,” cetus CEO Sido Resik, Achmad Muhdlor Ali, Kamis (26/9).

Kata Muhdlor, Sido Resik mengajak para komunitas di Sidoarjo mendorong gerakan perubahan. Gerakan itu salah satunya adalah membersihkan lingkungan dan mengubah cara berpikir warga untuk memilah-milah sampah rumah tangga.

Hal ini, selain untuk mengurangi volume sampah yang semakin sulit ditangani di Sidoarjo. Selain itu, mengajak perilaku hidup bersih dengan mendorong pendirian bank sampah di 353 desa/kelurahan di Sidoarjo.

"Dasar gerakan Sido Resik itu riset (penelitian) dan social movement (gerakan sosial), yakni mengubah kesadaran masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah," tandas Gus Muhdlor, panggilan karib Achmad Muhdlor Ali.

Kata Gus Muhdlor, selama ini pihaknya sudah memiliki sekitar 1.000 relawan. Hal itu merata hampir di separoh wilayah kecamatan di Sidoarjo. Kendati demikian, kebanyakan para pegiat sosial lingkungan itu merupakan kalangan pemuda.

"Harapan kami para pemuda dan pemudi Sidoarjo ini menjadi motor penggerak perubahan. Sekali keluar bisa mengubah cara berpikir masyarakat serta bisa menjadi pioner di Jatim dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengelolah sampah," imbuhnya.

Ditanya soal Deklarasi Sido Resik, Muhdlor menilai deklarasi itu sebagai bentuk kolaborasi komunitas peduli lingkungan dalam menangani sampah yang mencapai 1.800 ton per hari di Sidoarjo.

"Dalam menangani masalah sampah kami sadar tidak bisa sendiri. Makanya kami ajak seluruh komunitas peduli lingkungan itu. Apalagi setiap komunitas peduli lingkungan punya kelebihan sendiri-sendiri. Gerakan sosial (social movement) ini minimal bisa mengurangi volume sampah 30 persen, sekaligus menjadi solusi penanganan sampah di Sidoarjo," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Tempat Pemrosesan Akhir, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, KLHK, Arief Sumargi memaparkan, penanganan sampah tidak hanya membutuhkan TPST, TPST 3R, maupun TPA saja. Akan tetapi harus mengubah pola pikir dan kesadaran masyarakatnya.

"Kalau sejak dari rumah tangga sampah sudah dipilah-pilah, kemudian dikumpulkan di bank sampah, kami yakin makin sampah di selokan, sungai atau bahkan di laut bisa dikurangi. Bahkan sampah ke TPA hanya sampah yang tidak bisa didaur ulang," ungkapnya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Syaikhul Islam Ali mendorong banyak wirausahawan sampah (waste enterpreuner) di Kabupaten Sidoarjo. Sebab persoalan sampah tidak bisa hanya bergantung pada program pemerintah.

“Harus ada partisipasi dari masyarakat, salah satunya melalui bank sampah yang mendorong lahirnya wirausahawan sampah,” tandas politikus PKB asal Sidoarjo ini. Upaya itu, kata dia, dalam rangka mengejar target 2025 Indonesia bebas sampah. Dan setidaknya, Sidoarjo menjadi percontohan nasional.

Baginya, persoalan sampah itu memang persoalan manusia. Bukan hanya persoalan bank sampah, pengangkutan sampah, atau soal TPA (Tempat Pengolahan Sampah). “Namun soal pembangunan manusia. Jadi memang harus bertahap dan langkah-langkah yang jelas,” bebernya.

Ditegaskan Gus Syaikhul, sapaan akrabnya, semakin banyak wirausaha sampah melalui bank-bank sampah di tingkat desa, maka akan membantu pemerintah dalam menangani masalah sampah.

"Kalau banyak waste enterpreneur, maka sejak awal sampah dipilah, maka residunya makin baik. Bila perlu sampah tidak sampai di TPA. Karena banyak bank sampah di setiap desa sampah dikelola sejak awal,” urainya. (sta)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video