Paus Pertimbangkan Pastor Nikah: Antara Modifikasi Selibat dan Kekerasan Seksual
Editor: Tim
Minggu, 03 November 2019 10:59 WIB
BBC edisi Indonesia (18 Agustus 2018) melaporkan bahwa Mahkamah Negara Bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, merilis laporan panel juri berisi rincian dugaan pelecehan seksual di Gereja Katolik yang menuduh lebih dari 300 pastor.
Laporan investigasi panel juri selama 18 bulan itu menemukan lebih dari 1.000 anak telah dilecehkan oleh pastor-pastor dari enam paroki di negara bagian itu selama 70 tahun terakhir.
"Kami meyakini bahwa angka sebenarnya—mencakup anak-anak yang catatannya hilang atau takut tampil ke muka—berjumlah ribuan," sebut laporan itu.
Rangkaian peristiwa itu, menurut laporan tersebut, ditutup-tutupi oleh pihak gereja secara sistematis sehingga tidak muncul ke permukaan.
"Mereka semua (korban-korban) dikesampingkan oleh para pemimpin gereja yang memilih melindungi pelaku pelecehan dan institusi mereka."
Jaksa Agung Negara Bagian Pennsylvania, Josh Shapiro, yang menangani kasus itu sempat geram. Ia minta agar sensor yang melindungi para pastor yang secara jahat melakukan kekerasan seksual itu dicabut sehingga nama-nama pastor yang diduga terlibat dapat diungkap semua.
"Pejabat-pejabat gereja secara rutin dan sengaja menggambarkan pelecehan sebagai permainan kuda-kudaan, bergulat, atau tindakan tak patut. Padahal istilahnya bukan itu. Ini adalah pelecehan seksual terhadap anak-anak, termasuk pemerkosaan," kata Shapiro.
Bagaimana respon Vatikan? Paus Fransiskus membuat surat untuk seluruh umat Katolik dengan topik pelecehan seks. Seperti ditulis BBC (21/8/2018), Vatikan menyebut inilah surat Paus pertama untuk topik pelecehan seksual. Memang pihak gereja selama ini secara sistematis dan rapi melindungi dan menutupi kasus-kasus asusila yang dilakukan para pastor terhadap wanita-wanita tak berdosa, termasuk anak-anak.
Dalam surat berisi 2.000 kata yang dikeluarkan Senin (20/08/2018), Paus menyebut skandal di Amerika Serikat dan mengakui bahwa Gereja Katolik gagal dalam menangani secara lebih cepat.
Ia menggambarkan "keperihan yang dirasakan para korban yang lama diabaikan, diam atau dibuat diam." Tampaknya Paus mengakui bahwa pihak gereja selama berpuluh tahun secara sistematis selalu menutupi kejahatan seksual yang dilakukan para pastornya.
"Dengan rasa malu dan penyesalan, kami mengakui kami tidak melakukan apa yang seharusnya kami lakukan. Kami tidak bertindak pada saatnya dan mengakui besarnya skala kerusakan yang telah diakibatkan kepada banyak orang," tulisanya.
"Kami tidak menunjukkan perhatian pada anak-anak. Kami mengabaikan mereka."
Paus mengutip ayat dalam Kitab Injil bahwa, "Bila ada yang menderita, semua akan menderita" dan ia menyerukan Gereja untuk menghadapi kenyataan atas apa yang terjadi."
"Penting bagi kita sebagai Gereja, untuk dapat mengakui dan mengecam, dengan kepedihan dan rasa malu, kekejaman yang dilakukan oleh pemuka agama, dan mereka semua yang dipercaya untuk menjalankan misi mengasihi mereka yang sangat rentan. Mari kita meminta maaf atas dosa kita dan dosa orang lain." (tim)