Terbukti, Gus Dur Ramal Ahok Jadi Gubernur, Sutarman Kapolri
Kamis, 11 Desember 2014 18:41 WIB
SUTARMAN
Suatu pagi pada 2005 media cetak nasional memberitakan
perihal mutasi perwira tinggi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia, sesuatu
yang normal dan rutin terjadi sebagai bentuk penyegaran dan proses regenerasi.
Salah satu perwira yang mendapat promosi adalah mantan ajudan Gus Dur ketika
menjadi presiden, Kombes Pol Sutarman yang naik pangkat menjadi Brigjend Pol
dan menjabat sebagai Kapolda Kepulauan Riau.
Karena secara langsung pernah berinteraksi dengan Gus Dur, berita tersebut juga
dibacakan di hadapan Gus Dur. Kebetulan, yang menemani pagi itu Nuruddin
Hidayat, salah seorang santri Gus Dur. Seperti dikutip dari situs www.nu.or.id,
Nuruddin berdialok dengan Gus Dur.
Nuruddin: "Pak, Pak Tarman dilantik jadi Kapolda Kepri, naik pangkatnya
jadi bintang satu."
Gus Dur : "Oya, sebelumnya dia tugas dimana?"
Nuruddin: "Di Polda Jatim Pak, terakhir sih Kapolwil Surabaya, nek mboten
klentu (kalau tidak keliru),"
Nuruddin: "Pak Tarman niku (ini) ajudan sangking (dari) polisi yang
terakhir ngih (ya) Pak?"
Gus Dur: "Ya, Sutarman gantiin Pak Halba."
Nuruddin: "Pak Tarman niku priyantun pundi (asalnya dari mana) Pak?"
Gus Dur: "Pak Tarman iku wong (orang) daerah sekitar Solo situ, tepatnya
dimana, saya ngak tahu."
Sejenak Gus Dur terdiam beberapa orang yang mengobrol bersamanya juga terdiam,
menunggu mungkin ada satu hal penting yang diucapkan oleh Gus Dur.
Lalu,
Gus Dur: "Pak Tarman itu orang desa biasa bukan dari kalangan orang kaya,
tapi mengko bakale dadi Kapolri (Pak Tarman itu orang biasa dari desa bukan
anaknya orang kaya, tapi nanti dia akan jadi Kapolri)"
Nuruddin: "Onggaten toh Pak (oh, begitu ya)"
Tak cuma pejabat di pemerintahan saja, Gus Dur ternyata juga
pernah meramal para pejabat di lingkungan PBNU. Bahkan, Gus Dur pernah meramal
KH Said Agil Siraj bakal jadi Ketua PBNU. Ramalan Gus Dur itu pun kini benar
adanya.
Cerita bermula ketika Gus Dur pagi-pagi olah raga dengan diiringi para
pengawal, saat itu posisinya sudah sebagai mantan presiden. Lalu ia mampir ke
rumah Kang Said, yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari kediamannya.
Pada pagi yang cerah itu, seperti ditulis NU online, Gus Dur minta disediakan
air putih dan sarapan roti tawar, juga meminta Kang Said, panggilan Said Aqil
Siraj untuk membacakan kitab Ihya Ulumuddin, bab sabar dan tawakkal. Baru
membaca dua baris, Gus Dur ternyata sudah tertidur sehingga ia menghentikan
sementara membaca kitab tasawwuf karangan Imam Ghozali ini.
Lima menit kemudian Gus Dur bangun dan langsung berujar, "Sampean (kamu)
jadi ketua umum PBNU sesudah umur 55 tahun."
Ucapan Gus Dur itu terbukti benar, Kang Said terpilih menjadi ketua umum PBNU
pada muktamar NU ke-32 yang berlangsung di Makassar Maret, 2010 lalu pada usia
56 tahun. Kiai Said dilahirkan di Cirebon, 03 Juli 1953.
Pada muktamar NU ke-30 di pesantren Lirboyo Kediri tahun 1999, Kang Said, saat
itu usianya masih 46 tahun, juga pernah dicalonkan sebagai ketua umum PBNU
berhadapan dengan KH Hasyim Muzadi. Saat itu ia sudah dikenal luas dan menjadi
tokoh nasional, sementara Kiai Hasyim menjadi ketua PWNU Jatim, Kiai Hasyim
yang terpilih. Tampaknya waktu belum berfihak kepadanya.
sumber : merdeka.com