Tafsir Al-Isra 84: Al-'Amal 'ala Syakilah & Al-'Amal 'ala Makanah | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 84: Al-'Amal 'ala Syakilah & Al-'Amal 'ala Makanah

Editor: Redaksi
Sabtu, 28 Maret 2020 02:16 WIB

Ilustrasi: Cristiano Ronaldo sedang menggiring bola. foto: GiveMeSport

Kedua, syakilah atau skill tidak langsung terlihat, melainkan disamarkan oleh Tuhan. Meski begitu, Tuhan memberi tanda awal, indikator dan hanya orang ahli saja yang bisa membacanya. (syakl, artinya bentuk, tanda baca). Ayat kaji ini memancing manusia untuk bisa membaca indikator tersebut, agar potensi anak didik bisa dikenali sejak dini.

Untuk itu, jangan kecewa jika kita menjumpai anak yang tidak pandai ilmu agama. Mungkin tidak di situ bakatnya, atau kita yang salah mengarahkan dan terlalu memaksa. Yang kita sesali bukan karena dia tidak mampu, melainkan karena dia tidak mau.

Seorang murid hobi sekali ngintip teman perempuannya yang sedang mandi. Malah melobangi dinding kamar mandi secara rahasia, demi suksesnya pengintipan. Guru-guru pada menasihati dan tidak sedikit yang menyayangkan moralnya. Ya, karena materi pelajaran eksakt, sosial, dan agama pada jeblok nilainya. Kecuali guru psikologi yang mengelus dan telaten mendampingi.

Begitu materi "art" ditawarkan, si murid penghobi ngintip itu memilih bidang fotografi dan semangat belajarnya bersinar bukan main. Benar, ketika dewasa, dia tidak menjadi ilmuwan maupun teknisi, melainkan menjadi fotografer ternama karena bidikannya sangat genius dan mempesona. Dia bisa hidup mapan dari intipannya itu.

Ketiga, Allah SWT memonitor perilaku si empunya skill. (farabbukum a’lamu biman huwa ahdaa sabiilaan). Artinya, dalam pandangan Tuhan, punya skill saja tidak cukup, tidak berarti dia hamba yang baik di hadapan Tuhan. Masih dilihat follow up dan pemanfaatan skill tersebut, ke mana? dan untuk apa?

Ayat ini mengarahkan, bahwa syakilah yang dimiliki seseorang harusnya untuk tujuan positif, arah ibadah, kebajikan dan amal sosial, "ahda sabila". Jadi, apapun bakat, skill atau syakilah yang anda miliki itu modal berharga, tinggal mengasahnya sesempurna mungkin, lalu dimanfaatkan secara positif.

Tidak semua sahabat nabi itu pandai ilmu agama, pandai membaca dan pandai menulis. Tidak semuanya hafal al-qur'an dan tidak semuanya banyak mengkoleksi hadis. Tetapi semuanya bermanfaat sesuai syakilah masing-masing.

Hamzah ibn Abdil Muttalib, Khalid ibn al-Walid tidak menghiasai khazanah ulum al-qur'an maupun periwayatan hadis. Tapi keduanya sangat berjasa dalam tegaknya dakwah islamiyah. Hingga Nabi Muhammad SAW berkenan menggelari masing-masing dengan "Sang Singa Tuhan (asad Allah)" dan "Sang Pedang Tuhan (saif Allah)". Gelar yang sangat prestisius dan sangat religius yang didambakan semua orang beriman.

Kini tiba gilirannya membahas al-'amal dengan segala variannya yang secara implisit sudah tertuang dalam paparan di atas. Al-'amal a'la syakilah (skill) lebih kepada bakat seseorang dan sifatnya masih putih dan polos. Sedangkan al-amal 'ala makanah adalah aplikasi, penerapan skill tersebut pada ruang dan waktu yang tepat.

Di dalam al-qur'an al-karim, al-'amal 'ala syakilah disebut hanya sekali (al-Isra: 84), sementara al-'amal 'ala makanah disebut sebanyak empat kali. Yakni pada al-An'am:135, Hud:93 dan 121 serta al-Zumar:39.

Ini menunjukkan betapa orang bisa beda-beda dalam menggunakan kelebihan yang dia miliki. Ada yang digunakan untuk kebaikan dan ada yang digunakan untuk keburukan. Pinter teknologi IT, bisa dipakai untuk menyimpan data berharga dan bisa pula untuk membobol data orang lain.

Empat makanah yang di-blow up pada ayat-ayat termaktub di atas semuanya berkonotasi wanti-wanti atau memberi peringatan terhadap umat agar bergerak di bidang yang baik. Kata-kata tersebut (i'malu 'ala makanatikum..) diucapkan oleh Nabi terdahulu (Syu'aib A.S, misalnya) sebagai seruan terhadap umatnya yang cenderung ingkar dan brutal. Sedangkan yang lain ada disasarkan terhadap orang yang tidak beriman. Sama saja.

Walhasil, amar beramal 'ala makanah secara tepat dan benar itu ditekankan, mengingat ada berpotensi untuk digunakan di sektor keburukan. Jadinya, bagi orang yang punya skill hebat mohon mampu menahan diri terhadap godaan duniawi atau kejahatan yang merayu nan mempesona. Allah a'lam.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video