Tafsir Al-Isra 85: Satu Ekor Kambing untuk Satu Keluarga | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 85: Satu Ekor Kambing untuk Satu Keluarga

Editor: Redaksi
Senin, 13 April 2020 16:00 WIB

Ilustrasi.

Soal satu ekor kambing untuk satu orang dan satu ekor unta atau sapi untuk tujuh orang, itu rumusan sempurna. Artinya, kalau bisa ya begitu. Maka, kampanye besar-besaran tentang satu ekor kambing untuk satu keluarga ini menjadi mutlak dan bijak.

Sangat mungkin, rendahnya umat Islam yang berekonomi terbatas untuk berqurban, salah satu sebabnya karena melihat fatwa tentang standarisasi qurban yang "awang-awangen" tersebut, yaitu satu ekor kambing untuk satu orang, atau satu ekor sapi untuk tujuh orang.

Ketiga, memaknai hewan qurban sebagai tunggangan. Qurban, artinya dekat sungguhan, dekat sekali kepada Allah SWT. Artinya, untuk hari itu, amal yang paling bisa mendekatkan diri kepada Tuhan adalah amal qurban. Amal lainnya tetap berpahala, tetapi tidak se-spektakuler amal qurban.

Jadi, berqurban itu amal yang nanti di akhirat benar-benar punya power untuk menggiring, mendorong, mengantar pemberi qurban cepat mendekati Tuhan di surga. Kambing yang dijadikan qurban menjelma menjadi amal shalih ajaib yang bisa mengantar, bisa "dinaiki" menuju surga. Bukan hakekat hewannya. Kalau kambingnya kecil dan orang yang menaiki gendut besar, bisa ambruk. Sama dengan satu ekor sapi yang dinaiki tujuh orang, apa bisa?

Keempat, 'Idul adha adalah momen, bagai charger bagi mental keimanan umat beragama bidang kepedulian sosial. Selanjutnya, mesti diserap sendiri, dibentuk sendiri menjadi mental penolong dan pemberi. Ini tidak otomatis jadi, melainkan butuh pengorbanan yang tidak ringan. Hari-hari ini dan seterus adalah waktu mengaktualkan pesan Idul Adha, pesan berqurban dan pesan moral hari tasyriq.

Berqurban tidak untuk dipamerkan, melainkan untuk mendorong diri supaya lebih dekat kepada Tuhan. Pejabat yang berqurban dengan tetap menyengsarakan rakyat ke depan sungguh pantas dipertanyakan, mana wujud kedekatannya dengan Tuhan?

Jangan sampai seekor sapi yang diqurbankan untuk tutup boroknya yang menjijikkan. Artis yang berqurban dengan tetap bergoyang maksiat dan buka-bukan di depan publik, sangat layak dipertanyakan, mana wujud kedekatannya dengan Tuhan? Moga sapi qurban bukan sebagai jimat penglaris jobnya. 

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video