Tafsir Al-Isra 86-87: Refleksi Hijrah dan Impor Rektor
Editor: Redaksi
Jumat, 24 April 2020 16:40 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
86. Wala-in syi‘naa lanadzhabanna bialladzii awhaynaa ilayka tsumma laa tajidu laka bihi ‘alaynaa wakiilaan.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan engkau tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap Kami,
87. Illaa rahmatan min rabbika inna fadhlahu kaana ‘alayka kabiiraan.
Kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sungguh, karunia-Nya atasmu (Muhammad) sangat besar.
TAFSIR AKTUAL
Perhatikan, betapa sedikit ilmu yang kita miliki. Begitu sindir ayat kaji kemarin (85). Artinya: pertama, kita dituntut terbuka dan punya kesadaran mendalam terhadap keterbatasan kita sendiri. Kedua, arahan yang sangat visioner agar lebih maju. Ketiga, manusia tidak ada yang sempurna, dan keempat, tidak merasa paling bisa.
Meskipun terkritik oleh disiplin ilmu Hadis sebagai bukan al-Hadis, tapi terma "Tuntutlah ilmu meski ke negeri Cina", dari sisi "matan" sungguh nasehat yang sangat inovatif. Negeri ini sudah lama dan terbiasa mengimpor barang-barang dan teknologi dari negara asing. Hukumnya sah dan lezat dinikmati.