Tafsir Al-Isra 101: Pak Wiranto, Pak Dandim, Semoga Tuhan Memberkahi Bapak
Editor: Redaksi
Minggu, 26 April 2020 23:16 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
101. Walaqad aataynaa muusaa tis’a aayaatin bayyinaatin fais-al banii israa-iila idz jaa-ahum faqaala lahu fir’awnu innii la-azhunnuka yaa muusaa mashuuraan
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada Musa sembilan mukjizat yang nyata maka tanyakanlah kepada Bani Israil, ketika Musa datang kepada mereka lalu Fir‘aun berkata kepadanya, “Wahai Musa! Sesungguhnya aku benar-benar menduga engkau terkena sihir.”
TAFSIR AKTUAL
Ayat kaji kemarin membicarakan Nabi Musa A.S. yang dianugerahi sembilan ayat. Musa memegang amanah itu dengan baik, tapi Fir'aun berang dan menuduh Musa sebagai tukang sihir. Dibantu saudaranya, Harun, Musa A.S. menghadapi Fir'aun dengan sangat sabar, bijak tapi sakti. Akhirnya Tuhan hadir menolong Musa.
Musa yang pernah berguru kepada Nabi Khidir A.S. meski tidak lulus, makin matang menghadapi bangsa Israel yang super rewel, banyak menuntut, mudah merendahkan, gemar menghujat, dan susah mematuhi perintah. Maka pantes, Nabi Musa A.S. sebagai salah satu konsultan bagi Nabi Muhammad SAW ketika ketemuan di langit pada ekspedisi Isra' dan Miraj. Musa banyak memberi nasihat.
Terkait penusukan terhadap diri pak Wiranto, sungguh itu perbuatan dosa dan tercela. Sesama manusia mesti mendoakan semoga beliau cepat sembuh, diberi kesabaran, dan bisa mengambil hikmah. Sangat biadab bila seseorang malah berkomentar nyinyir ketika sesamanya mendapat musibah.
Meski isinya baik, arahnya baik, tapi caranya tidak baik, maka menjadi tidak baik. Di sini, dibutuhkan kearifan. Kearifan itu, salah satu ukurannya adalah diri sendiri. Jika diri anda sendiri yang diperlakukan begitu, bagaimana perasaan anda?
Ternyata efeknya menjalar. Pak Dandim Kendari dipecat dari jabatannya karena ulah istrinya yang mengunggah konten "negatif" terhadap pak Wiranto. Pak Dandim dihukum bukan karena kesalahan yang dia lakukan, melainkan karena "kesalahan" istrinya. Hukuman serupa menimpa juga pada personal lain. Itu aturan disiplin mereka dan kita menghormati.
Lepas dari kasus di atas, tulisan ini hanya memberi jawaban atas pertanyaan, bagaimana menurut pandangan Tafsir al-Qur'an Aktual terkait tindakan menghukum seseorang karena kesalahan yang dilakukan orang lain?