Ayong, Banser Tionghoa itu Tutup Usia
Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: M. Didi Rosadi
Sabtu, 15 Agustus 2020 19:22 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sekitar 3 tahun lalu media sosial digegerkan oleh sebuah Kartu Tanda Anggota (KTA) Banser. Pasalnya, KTA Banser itu tidak biasa, baik nama maupun foto dalam KTA tersebut merujuk pada sosok pria etnis Tionghoa.
KTA dengan nama Lie Tjin Kiong dengan berseragam Banser itu viral di media sosial dengan berbagai narasi. Ada yang menyebut Banser telah disusupi WNA asal Cina. Ada pula yang menganggap KTA itu palsu atau hoaks.
BACA JUGA:
Bupati Kediri Beri Sejumlah Bantuan ke Anggota Banser Tertua di Pelantikan GP Ansor
Roadshow ke-3 Literasi Keuangan dan Pasar Modal Syariah GP Ansor Jatim Digelar di Tuban
Tokoh Senior Ansor di Kota Pasuruan Ingin Gus Ipul Lanjut 2 Periode
Terpilih Kembali Jadi Ketua PC GP Ansor Kabupaten Pasuruan, Abdul Karim Targetkan 10.000 Kader
Kesimpangsiuran itu pun terjawab, ternyata Lie Tjin Kiong atau biasa disapa Ayong itu adalah benar anggota Barisan Ansor Serbaguna atau Banser. Bahkan, Ahmad Subkhi yang merupakan nama Ayong setelah memeluk Islam itu sudah lulus dalam Diklatsar Banser.
Lama tidak terdengar, publik dikagetkan dengan kabar duka. Ayong, Banser Tionghoa itu telah tutup usia. Kabar itu dibenarkan Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Tandes, Luthfi Ansori.
"Iya.. benar, Lie Tjin Kiong atau Ahmad Subkhi alias Ayong telah meninggal dunia Sabtu pagi ini di RS Muji Rahayu. Jenazah dimakamkan di TPU Babat Jerawat, Tandes," ujar Lutfi, Sabtu (15/8/2020).
Lutfi mengenal Ayong sebagai figur yang sederhana, tapi luar biasa. Sebagai mualaf, Ayong tak pernah meninggalkan salat. Bahkan salat lima waktu ia laksanakan tepat waktu. Meski pun sedang menjalankan usaha, kalau azan berkumandang ia langsung menutup toko dan mengajak anak dan istri salat ke masjid.
Almarhum yang menjabat sebagai Kepala Satuan Koordinasi Kelurahan (Satkorkel) Balongsari itu memang menjalankan usaha cuci cetak foto. Usaha itu dijalankan di sebuah toko yang masih di areal rumah. Usaha itu adalah warisan orang tuanya.
"Beliau orang yang luar biasa, selain ibadahnya tekun. Pengabdian terhadap Ansor dan Banser sangat luar biasa. Beliau tak pernah menolak tugas. Bahkan kalau ada anggota Ansor atau Banser yang cuci cetak foto di tokonya, ia gratiskan. Ia tak pernah mau menerima bayaran dari sahabatnya," tutur Lutfi.
Almarhum Ayong meninggal dunia dalam usia 41 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga orang putra-putri. Anak pertama baru saja melangsungkan pernikahan, sedangkan anak terakhir baru berusia tujuh tahun.
"Alhamdulillah, sahabat-sahabat Ansor dan Banser sempat mensalatkan serta mengantar almarhum ke peristirahatan terakhir. Semoga almarhum husnul khotimah," pungkas Lutfi. (mdr/zar)