Realisasi Nawa Bhakti Satya, Gubernur Khofifah Salurkan Beasiswa Rp 11,3 M untuk 850 Guru Madin
Editor: MMA
Rabu, 23 September 2020 22:39 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pandemi covid-19 ternyata tak menghalangi gerakan Pemprov Jatim untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur. Buktinya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyerahkan beasiswa pendidikan bagi 850 Guru Madrasah Diniyah (Madin) di Jawa Timur. Langkah ini merupakan poin utama dari program Nawa Bhakti Satya
Total anggaran yang dialokasikan sebanyak Rp 11,3 miliar. Dengan rincian, beasiswa guru diniyah mahasiswa S1 sebesar Rp 8,1 miliar, masing-masing memperoleh Rp 10.000.000,00. Sementara untuk mahasiswa S2 sebesar Rp 3,2 miliar, masing-masing memperoleh Rp 20.000.000,00.
BACA JUGA:
Khofifah Bahas Kepala Daerah Idaman di Pascasarjana Unair, Prof Badri Sebut Punya Jejak Istimewa
Di PT Kareb Bojonegoro, Khofifah Dinobatkan Sebagai Ibunya Pekerja SKT
Kesuksesan Program OPOP Jatim, Khofifah: Akan Direplikasi di Thailand dan Malaysia
Konsolidasi Pemenangan PKS, Khofifah: Mesin Sudah Panas, Optimis Menang
"Hal ini berkaitan dengan kesempatan meningkatkan kompetensi akademik bagi para pendidik di Madrasah Diniyah untuk memperoleh pendidikan di level perguruan tinggi," terang Khofifah pada acara kuliah umum pada Stadium General Mahasiswa Baru Penerima Beasiswa Program Peningkatan Kualifikasi Akademik bagi Guru Pendidikan Diniyah di Gedung Negara Grahadi, Rabu (23/9).
Menurut Khofifah, peningkatan kualifikasi pendidikan bagi para pendidik Madin akan sangat berpengaruh pada out put pembentukan karakter santri. Dengan demikian, maka kualitas pendidikan melalui tenaga pendidik dan kependidikan harus terus ditingkatjan. Sejalan dengan hal tersebut maka kesejahteraan terus diupayakan pemerataannya, serta keunggulan yang dicapai harus terus diikuti oleh Akhlakul Karimah.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim ini berpesan, agar era digitalisasi dapat diseiringkan dengan sisi kemanusiaan yang tetap harus diperhatikan dalam menyikapi semua permasalahan, tidak semata-mata disandarkan pada teknologi informasi.
"Pandemi Covid-19 membuat banyak agenda dilakukan secara virtual yang memaksa kita memasuki era 4.0, tetapi kita tidak boleh diremote oleh digitalisasi , diremote oleh robot, diremote oleh artificial intelegence semata. Kitalah yang mengendalikan sistem informasi dan komunikasi agar sistem berjalan dengan tatanan norma dan nilai ," tandas Khofifah.
"Ada hal yang memang harus kita seiringkan antara mesin dan sisi kemanusiaan, termasuk bagaimana kita menyeimbangkan 4.0 dengan 5.0," lanjutnya.