Mulai Marak Aksi Ajak Menangkan Kotak Kosong di Pilbup Kediri 2020, Termasuk di Medsos
Editor: Abdurrahman Ubaidah
Wartawan: Muji Harjita
Senin, 05 Oktober 2020 09:12 WIB
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Kediri 2020 ini, memang hanya diikuti oleh satu Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, yaitu Hanindhito Himawan Pramono - Dewi Mariya Ulfa. Pasangan ini diusung oleh 9 Parpol Palemen yang memiliki 50 kursi dan 4 parpol non parleman.
Meski 9 partai yaitu PDIP 15 kursi, PKB 9 kursi, PAN 5 kursi, Gerindra 4 kursi, Golkar 6 kursi, Nasdem 4 kursi, Demokrat 3 kursi, PKS 1, dan PPP 2 kursi, sudah bulat, bukan berarti di tengah-tengah masyatakat tidak ada perlawanan. Bentuk perlawanan itu adalah adanya sejumlah tokoh yang membentuk relawan pemenangan bumbung kosong.
BACA JUGA:
Tak Ada Paslon Lagi yang Mendaftar, Yani-Alif Resmi Lawan Kotak Kosong di Pilkada Gresik 2024
Gus Nur Tanggapi Positif Fenomena Paslon Tunggal Yani-Alif di Pilkada Gresik 2024
Yani-Alif Patut Waspada, Gerakan Menangkan Kotak Kosong Bermunculan di Medsos Jelang Pilkada Gresik
Hasil Rekapitulasi DPB KPU Kediri, Jumlah Pemilih di Bulan September Turun 931 Orang
Bahkan, kelompok relawan pemenangan bumbung kosong yang terdiri dari beberapa komunitas dari berbagai wilayah di Kabupaten Kediri telah menggelar deklarasi Koalisi Pemenangan Bumbung Kosong di Dusun Pelem, Desa Maesan Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Senin (28/9/2020) lalu.
Rahmat Mahmudi selaku Koordinator Relawan Pemenangan Bumbung Kosong, kepada wartawan mengatakan, bahwa pertemuan di Maesan, Mojo itu merupakan pertemuan kedua dari relawan-relawan pemenangan bumbung kosong atau pun kolom kosong.
“Saya katakan relawan-relawan, karena relawan pemenangan bumbung kosong itu sebetulnya banyak sekali se-kabupaten ini. Banyak komunitas-komunitas yang membuat kelompok-kelompok untuk berupaya nanti memenangkan bumbung kosong,” kata Rahmad Mahmudi.
Rahmad mengungkapkan alasan kelompoknya harus bergerak untuk memenangkan bumbung kosong, karena menganggap demokrasi di Kediri tercederai. Menurutnya, rakyat punya hak untuk memilih, punya hak untuk mencalonkan pemimpin yang diinginkan. Tetapi itu semua diambil alih oleh partai politik.
Berdasarkan pengamatan Rahmat, dulu ada 15 lebih nama bakal calon yang running daftar di berbagai partai politik. Namun, partai politik itu menyatu kepada satu nama yang sebetulnya tidak pernah running sejak awal.