Peringati Haul Gus Dur ke-11, Gusdurian Mojokutho Kediri Gelar Dialog Kebangsaan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Peringati Haul Gus Dur ke-11, Gusdurian Mojokutho Kediri Gelar Dialog Kebangsaan

Editor: Yudi Arianto
Wartawan: Muji Harjita
Minggu, 13 Desember 2020 22:11 WIB

Dari kiri: Anto Big (Ethan), Gus Naf'an Shalahuddin, dan Koordinator Gusdurian Mojokutho Pare, Antok Beler. foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Komunitas Mojokutho Pare, Kabupaten Kediri memperingati Haul ke-11 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan menggelar dialog kebangsaan, di Sanggar Lansia Kongan, Pasar Loak Pujasera, Kota Pare, Minggu (13/12) malam.

Hadir menjadi narasumber utama, Gus Naf'an Shalahuddin, dari Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.

Meski Kediri diguyur hujan lebat sejak sore, namun hal itu tidak mengurangi minat anggota dan simpatisan Mojokutho Pare untuk hadir.

Acara mengangkat tema 'Serangkai Bunga Untuk Gus Dur" ini dibuka langsung Gus Naf'an Shalahuddin dengan membaca Alfatihah untuk Sang Guru Bangsa, Gus Dur, serta alunan sholawat.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh lintas agama, organisasi kepemudaan, kaum akar rumput pedagang, dan warga pasar loak pujasera, serta beberapa milenial dari Blitar, Sukabumi, Yogyakarta, dan Bengkulu yang sedang belajar di Kampung Inggris, Kota Kediri.

Koordinator Mojokutho, Pare, Antok Beler, menjelaskan tugas dari adalah merawat warisan perjuangan Gus Dur untuk Indonesia.

Serta mengembangkan tradisi dialog dengan berbagai kelompok masyarakat, untuk saling memahami dan menemukan titik kesamaan, serta mengembangkan upaya-upaya ke arah ke Bhinneka Tunggal Ika.

Menurut Antok, komunitas atau jaringan lahir pasca wafatnya Gus Dur. Adalah putri dari Gus Gur, yaitu Alisa Wahid yang mendirikan komunitas tersebut. Setelah Gus Dur wafat, banyak kelompok yang dilemahkan seperti petani dan kelompok minoritas agama datang menghampiri keluarga Gus Dur.

"Oleh karena itu, Mbak Alisa lalu membuat Jaringan tahun 2010, bersama murid-murid Gus Dur dari berbagai tempat," terang Antok.

Dijelaskan oleh Antok, Jaringan adalah arena sinergi bagi para di ruang kultural dan non politik praktis. Di dalam jaringan tergabung individu, komunitas/forum lokal, dan organisasi yang merasa terinspirasi oleh teladan nilai, pemikiran, dan perjuangan Gus Dur. Karena bersifat jejaring kerja, maka tidak diperlukan keanggotaan formal.

Jaringan memfokuskan sinergi kerja non politik praktis pada dimensi-dimensi yang telah ditekuni Gus Dur, meliputi 4 dimensi besar: Islam dan Keimanan, Kultural, Negara, dan Kemanusiaan

"Nilai, pemikiran, perjuangan Gus Dur tetap hidup dan mengawal pergerakan kebangsaan Indonesia, melalui sinergi karya para pengikutnya, dilandasi 9 Nilai Gus Dur, yaitu Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Persaudaraan, Kesederhanaan, Sikap Ksatria, dan Kearifan Tradisi," beber Antok.

Ia menambahkan bahwa kegiatan Mojukutho, Pare, selama ini fokus pada bidang kemanusiaan (Humanity for All), salah satunya jumat berkah, berkolaborasi antar lintas komunitas, melaksanakan bedah rumah, pendampingan anak-anak dan lansia, juga terlibat penanggulangan bencana alam di berbagai daerah.

Sementara itu, Gus Naf'an Shalahuddin dalam tausiyahnya menyampaikan tentang Gus Dur sebagai Guru Bangsa yang harus diingat ajarannya, terutama oleh generasi muda.

"Gus Dur adalah multitalent. Bila ingin membahas Gus Dur tidak cukup satu bulan. Gus Dur itu seorang kiai, politisi, seniman, dan penulis. Kalau ngomong pecinta Gus Dur, sebenarnya pecinta Gus Dur itu ada di seluruh dunia. Sedangkan itu adalah Komunitas Pecinta Gus Dur yang didirikan oleh Alisa Wahid," kata Gus Naf'an.

"Apa yang dikatakan Gus Dur, kebanyakan terjadi di kemudian hari. Gus Dur bukan peramal, tapi Gus Dur memang mendapat ilham dari Allah SWT. Gus Dur adalah seorang Waliyullah," kata Gus Naf'an.

Menurut Gus Naf'an, Gus Dur adalah sosok yang sangat toleran. Gus Dur sudah biasa bergaul dengan teman-temannya dari lintas agama, aliran kepercayaan, budayawan, dan seniman. "Gus Dur sangat menghargai perbedaan. Gus Dur adalah sosok yang sangat pluralis," tambahnya.

Seperti diketahui, KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940, meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 lalu, pada umur 69 tahun. (uji/ian)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video