Begini Siasat Pengrajin Tempe di Blitar Saat Harga Kedelai Melambung
Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: Akina Nur Alana
Selasa, 05 Januari 2021 11:10 WIB
Alasan Rizquna tidak mengubah ukuran adalah untuk menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan. "Lagi pula hal semacam ini (kenaikan harga kedelai) juga sudah biasa terjadi, rutin setiap akhir tahunnya pasti akan ada kenaikan harga kedelai," tandasnya.
Hal yang sama dirasakan Yudi, pengrajin tempe di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Namun berbeda dengan Rizquna, dia memilih mengurangi ukuran tempe buatannya. Di awal-awal mengubah ukuran, pelanggan komplain sehingga membuat sepi pembeli. Namun berkat ketelatenan Yudi menjelaskan penyebab ukuran tempe berubah, tempe buatannya kembali laris manis dibeli pelanggan.
"Siasatnya saya mengubah ukuran tempe. Awalnya pelanggan sepi, mereka tidak mau beli karena ukurannya berubah. Tapi saya telaten menjelaskan ke mereka harga kedelai naik, dan mungkin mereka juga sudah tahu dari media kalau kedelai memang mahal, akhirnya pelanggan kembali lagi," ujar Yudi.
Perlu diketahui, mayoritas pengrajin tempe di Blitar menggunakan kedelai impor untuk produksi. Kedelai impor biasanya diperoleh dari pedagang di Pasar Legi Kota Blitar yang menyediakan berbagai bahan baku produksi tahu dan tempe.
"Bahannya kami beli di Pasar Legi Kota Blitar. Di sana ada kedelai impor dari USA yang bagus untuk bahan baku utama tempe. Tapi ya itu harganya mahal sekarang, dan ini harga termahal sejak saya usaha jualan tempe selama dua tahun ini," pungkas Yudi. (ina/zar)