Menurut dia, saat itu beberapa tokoh nasional mengingatkan Ahok dan timnya agar segera menghentikan politik identitas yang membawa-bawa agama. “Tapi mereka mengabaikan,” tegas Mukhlas Syarkun yang alumnus Malaya University Malaysia jurusan Syariah itu.
Sebaliknya, tegas Mukhlas Syarkun, pada saat kampanye, Anies Baswedan secara terang-terangan justru minta para relawannya untuk menurunkan spanduk-spanduk yang bernada propaganda yang dipasang di sejumlah masjid yang isinya: TOLAK SALAT JENAZAH PEMBELA PENISTA AGAMA.
“Menurut Anies, pendukung dan relawannya tak pernah membuat spanduk seperti itu,” tutur Mukhlas Syarkun.
Kini, tegas Mukhlas Syarkun, mereka justru teriak-teriak anti politik identitas. “Mereka terus berusaha memutarbalikan fakta, memfitnah dengan segala cara,” kata Mukhlas Syarkun.
Menurut Mukhlas, perilaku politik mereka sangat khas: memutarbalikkan fakta dan menghalalkan segala cara.
Apalagi sekarang Anies mendapat sambutan masyarakat. "Setelah kalah dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta mereka malah melemparkan stigma politik yang mereka lakukan sendiri kepada Anies Baswedan. Bahkan sekarang para buzzer mereka memberi gelar Anies sebagai Bapak Politik Identitas. Padahal Ahok yang kali pertama mempopulerkan politik identitas secara kaffah alias sempurna. Karena Ahok itulah yang paling pantas diberi gelar Bapak Politik Identitas," tegasnya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News