"Para perajin harus lebih kreatif dan inovatif. Motif batik juga harus banyak mengambil referensi dari internet, melihat langsung, boleh di contek sebagai pengkayaan motif tapi kalau soal pakem harus mengambil motif dari Kota Pasuruan itu sendiri," tuturnya.
Ia menambahkan, para perajin juga harus terus mengasah kemampuan diri dan kreatifitasnya dan harus bisa membaca potensi serta peluang pasar. Boleh idealis, tapi juga harus berpikir apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Setidaknya bisa memenuhi semua kebutuhan pasar, namun tidak meninggalkan identitas produknya.
“Marilah kita bersama-sama bergandeng tangan, bersatu padu, guyup dan rukun. Kita tumbuhkan generasi-generasi muda perajin yang akan mewarisi, meneruskan dan mengembangkan kerajinan kota pasuruan. Artinya, jangan pinter sendiri, yang belum melakukan, mulai sekarang cari anak-anak muda yang memiliki potensi kemudian beri pembinaan.
Jangan khawatir dengan rejeki kita, karena semua orang sudah dapat takaran rejeki dari Allah SWT. Tinggal bagaimana kita menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain,” imbuh isteri Gus Ipul ini.
Dalam pameran yang di gelar selama 3 hari ini pula, Fatma bersama semua perajin mengubah penataan pameran di Gedung Harmonie. Tidak lagi seperti stan individu, tetapi di buat menyatu, nampak lebih cantik dan banyak disukai.
Pengunjung diundang secara pribadi maupun kelompok organisasi untuk hadir mendukung para pelaku UMKM Kota Pasuruan, mulai dari TP PKK, DWP, Isteri Anggota Dewan serta anggota GOW dan sebagainya. Bahkan bersama pengurus Dekranasda Kota Pasuruan, Fatma tampak bersemangat mendampingi para perajin dan ikut mempromosikan secara langsung kepada para tamu yang hadir, dan juga gencar memposting produk para perajin melalui instagram pribadinya. (ard/par/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News