7 Kasus Perampokan Besar Belum Terungkap, Polda Diminta Evaluasi Jajaran Resort Jombang

7 Kasus Perampokan Besar Belum Terungkap, Polda Diminta Evaluasi Jajaran Resort Jombang Kapolres Jombang, AKBP Sudjarwoko (kiri) saat sertijab beberapa waktu lalu. foto: beritajombang

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Sejumlah kasus perampokan yang bisa dibilang cukup menarik perhatian dan terjadi di wilayah hukum Polres Jombang, hingga kini belum juga terungkap. Salah satunya seperti perampokan di minimarket yang pelakunya sudah terekam CCTV (closed-circuit television). Dalam kasus ini, Polres Jombang belum bisa mengungkap pelaku dengan dalih masih melakukan serangkaian proses penyelidikan.

Perampokan tersebut terjadi pada Januari 2015 di mana sebuah minimarket yang berada di Jalan Raya Mojoagung tepatnya di Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Senin (26/01/2015) dini hari, disatroni enam orang kawanan perampok bersenjata tajam. Mereka berhasil menggondol uang dari brankas sebesar Rp 10 juta.

Baca Juga: Satresnarkoba Polres Jombang Ringkus 2 Penjual Sabu ke Sopir Truk

Dua bulan berselang, tepatnya Selasa (10/3/2015), giliran minimarket di Dusun Mojolegi, Desa Dukuhmojo, Kecamatan Mojoagung, mengalami nasib serupa. Lagi-lagi, enam kawanan perampok masuk ke minimarket dan menodong penjaga. Dalam aksinya, mereka berhasil menggondol uang sebesar Rp 24,2 juta lebih.

Selanjutnya, pada Mei 2015, perampokan terjadi di minimarket di Jl Merdeka, Mojowarno. Empat pria bersenjata tajam berhasil menggondol sejumlah uang maupun barang yang dipajang di minimarket tersebut. Karena peristiwa itu, minimarket tersebut mengalami kerugian sekitar Rp 30 juta.

Meski terjadi dalam rentang waktu berbeda, namun seluruh kejadian itu terekam dalam CCTV yang dipasang di masing-masing minimarket. Ironisnya, meski seluruh pelaku sudah terekam, korps berseragam cokelat ini belum berhasil mengungkap.

Baca Juga: 2 Pekan Operasi Tumpas Semeru 2024, Polres Jombang Ringkus Puluhan Orang Terlibat Kasus Narkoba

Bukan hanya itu, pada Juni 2015, aksi perampokan kembali terjadi. Kali ini menimpa Wakil Sekretaris PKB Jombang, Hadi Atmaji. Uang sebesar Rp 250 juta yang baru saja diambil dari Bank Jatim dirampas komplotan bersenjata api. Kejadian itu terjadi tepat di depan rumah korban, perumahan Puloasri Jombang.

Selain menderita luka bacok, korban juga menderita luka tembak karena diberondong senjata api. Akibatnya, politisi asal PKB ini kritis dan harus menjalani operasi guna mengangkat proyektil yang bersarang di tubuhnya.

Terakhir, perampokan menimpa perangkat desa yang mengambil ADD (Alokasi Dana Desa) dari Bank Jatim. Masing-masing Desa Ngusikan sebesar Rp 80 juta, Desa Mentaos Kecamatan Gudo sebesar Rp 80 juta, dan Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng sebesar Rp 114 juta. Kasus itu terjadi dalam rentang dua bulan berturut-turut, yakni Agustus - September ini.

Baca Juga: Peduli Sesama, Satlantas Polres Jombang Borong Dagangan UMKM untuk Dibagikan

Belum adanya pengungkapan satu pun dari tujuh kasus tersebut disayangkan banyak pihak, salah satunya FRMJ (Forum Rembug Masyarakat Jombang). Mereka menilai, jika kasus-kasus itu tidak ada yang terungkap maka menjadi preseden buruk bagi korps berseragam cokelat. Karena Jombang menjadi surga bagi pelaku kejahatan.

"Seharusnya polisi lebih serius dalam menangani kasus-kasus tersebut. Karena jika kejadian tersebut tidak ada yang terungkap, maka polisi gagal memberikan rasa aman dan nyaman kepada warganya," ujar Joko Fatah, Ketua FRMJ. Oleh karena itu, Fatah meminta agar Polda Jatim mengevaluasi jajaran resort Jombang.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Jombang, AKP Harianto Rantesalu, membenarkan bahwa tujuh kasus tersebut belum ada yang terungkap. Namun demikian, pihaknya terus melakukan penyelidikan guna mengungkap para pelaku.

Baca Juga: Satresnarkoba Polres Jombang Sabet Piagam Penghargaan dari Polda Jatim

"Semisal, untuk kasus perampokan Dana Desa (DD) di Ngrimbi Kecamatan Bareng sebesar Rp 114 juta, kami sedang mempelajari rekaman CCTV milik minimarket. Karena para pelaku memang terekam dalam kamera pengintai itu. Namun kita mengalami kesulitan karena gambar para pelaku kurang jelas," kata Harianto ketika dihubungi lewat ponselnya.

Sementara dalam catatan, terdapat tujuh kasus besar yang terjadi pada periode Januari hingga September 2015. Rinciannya, dua TKP (tempat kejadian perkara) di wilayah Mojoagung, satu di Mojowarno, kemudian satu TKP di Ngusikan, dua TKP di Jombang Kota, dan satu lagi di Kecamatan Bareng. (dio/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO