Maka menurutnya, diperlukan buku-buku sejarah yang mengungkap ketidak benaran itu. Ia lalu membandingkan buku-buku sejarah yang ada di sekolah yang tebalnya hanya beberapa halaman saja. Sedangkan buku-buku sejarah terkait negara lain bisa sampai ratusan halaman.
"Yang menggelar latihan-latihan militer itu awalnya adalah NU dan Muhammadiyah," ungkap Penulis buku best seller Api Sejarah jilid I dan II itu.
Dalam kesempatannya, Prof Kacung Marijan menandaskan bahwa masa lalu, masa kini dan masa depan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ia mengatakan, memaknai semangat Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Kiai Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 itu adalah dengan berjihad untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.
"Caranya dengan anak-anak kita belajar yang rajin, bangun silaturahim diantara para pedagang atau pengusaha dan sebagainya," tutur Wakil Rektor I Unusa tersebut.
Prof Kacung juga menegaskan bahwa dikotomi (pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan, red) atas Kebangsaan dan Keislaman sudah tidak jamannya lagi. Mencintai bangsa adalah sebagian dari iman, membutuhkan sinergi antara pemikiran dan perilaku.
"Maka dibutuhkan seorang ulama sekaligus sejarawan, ulama sekaligus dokter. Mudah-mudahan ini sintesis untuk Indonesia ke depan," pungkasnya. (ian/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News