Tafsir Al-Isra 2-3: Wedding Berlebihan Mengurangi Keberkahan

Tafsir Al-Isra 2-3: Wedding Berlebihan Mengurangi Keberkahan Ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .   

Wa-aataynaa muusaa alkitaaba waja’alnaahu hudan libanii israa-iila allaa tattakhidzuu min duunii wakiilaan (2).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Dzurriyyata man hamalnaa ma’a nuuhin innahu kaana ‘abdan syakuuraan (3).

Minggu-minggu lalu presiden kita mantu dan menyelenggarakan pesta mewah bersambung hingga beberapa hari di Solo Jawa Tengah dan di besannya, Medan Sumatera. Sangat spektakuler, sangat mewah, dan sangat mahal.

Sementara gizi buruk melanda anak-anak negeri ini cukup tinggi dan negara kita termasuk negara dengan gizi buruk terbanyak di dunia. Andai bukan Jokowi yang berbuat foya macam itu, pasti habis-habis dikecam.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Ya, karena presiden sendiri dulu pernah melarang rapat di hotel-hotel, bermewah-mewahan, menghambur-hamburkan uang, dan sebangsanya. Alasan yang dikemukakan di televisi, bahwa orang "keadaan" menghendaki begitu dan dia tidak bisa mengelak itu sah dan hak personaliti. Tapi tidak semua rakyat legowo dengan itu, bahkan tidak sedikit yang hanya mencep. Meski tanpa kata, tapi "mencep" itu tajam makna. Mudah-mudahan Jokowi mengerti arti mencepnya sang rakyat kecil.

Ada sindiran Hadis, bahwa makanan terburuk adalah makanan resepsi pernikahan. Ya, karena yang diundang menikmati di situ prioritas orang-orang gedean saja, sementara yang miskin dipinggirkan. Dan nyatanya begitu. Dalam agama, walimah itu diperintahkan. al-imam al-Syafi'i memandang sunnah dan Abu Hanifah memandang wajib. Kelengkapan paparan ada di kitab fiqih.

Walimah itu sedekah, syukuran saat seseorang mendapat nikmat berupa pasangan hidup. Nikah berarti tambahnya kekeluargaan yang mengantar ke tambahnya keberkahan dan keberkahan itu lahir dari amal kebajikan. Jadi, silakan berpesta pernikahan, asal sesuai syari'ah agama. Misalnya, tidak terjerumus kepada ketakabburan dengan pamer kemewahan, pemubadziran belanja yang kurang manfaat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Satu sisi yang sering dilupakan dalam pesta walimah, yaitu memperbanyak sedekah kepada orang-orang miskin. Artinya, jangan hanya undangan kaum elite saja yang diperharikan dan diberi servis, para dhu'afa' sangat perlu digembirakan dalam pesta ini. Justru mereka inilah yang sangat membutuhkan makanan enak.

Doa orang-orang miskin, dikatakan sebagai doa yang berpotensi didengar Tuhan. Untuk itu, mereka sangat perlu dilibatkan dalam berdoa untuk keberkahan sang pengantin. Ketimbang pejabat dan orang-orang gedean yang notabenenya diragukan kesalehannya, kiranya lebih baik mengandalkan doa para fakir-miskin. Orang miskin yang diberi makanan enak, pastilah mereka senang dan pastilah mereka mendaoakan. Nah, doa inilah yang mahal dan berarti.

Bisa dibayangkan, jika para fakir dan miskin hanya disuguhi tontonan kemewahan pesta, berhamburnya biaya yang dikeluarkan, gelak tawa para gedean, mereka pasti nelongso, tersinggung dan bahkan mencibir. "Kami makan saja susah, situ foya-foya berhari-hari". Kata-kata ini adalah kalimat kekecewaan dan perlu dihindari. Maka ada benarnya terma ahli hikmah, bahwa "berlebih-lebihan dalam pesta pernikahan berpotensi mengurangi keberkahan". 

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO