Jangan sampai, hanya gara-gara pemilihan Bupati, pemilihan gubernur, atau pilihan presiden, menjadi tidak akur dengan saudara, tetangga, kawan, atau sebagainya.
Beda pilihan itu biasa, sebut Jokowi. Yang penting harus tetap rukun, setelah nyoblos pilihannya, sudah kembali seperti biasa. Tidak perlu saling menghina apalagi mengumbar hal-hal negatif ke media sosial.
"Kita ini bersaudara. Jadi jangan gampang curiga dan berpikiran negatif ke orang lain. Mari kita saling berpikir positif dan berbaik sangka kepada sesama," ajaknya.
Jika ingin maju, jangan malas-malasan. Dan kalau mau sejahtera, harus bekerja keras. Dicontohkannya dalam perhelatan Asian Games 2018 kemarin, prestasi yang didapat para atlet itu semua hasil kerja keras. Mereka berlatih siang malam demi sebuah prestasi yang membanggakan bangsa.
"Dengan kerja keras hasilnya nyata. Dulu kita di rangking 17 sekarang dapat rangking 4 di Asian Games. Kita meraih 31 emas," tutur mantan Gubernur DKI dan Wali Kota Solo tersebut.
Dan seperti biasa, di akhir sambutannya Jokowi menggelar kuis berhadiah sepeda. Para santri yang bisa menjawab pertanyaan dari presiden, berhak mendapat hadiah sepeda.
Menanggapi kunjungan Jokowi ini, pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Sholawat Sidoarjo KH Agoes Ali Masyhuri menyebut sebagai hal yang biasa. Yakni silaturahmi yang dilakukan Umaro atau pemimpin kepada Ulama atau kiai.
"Silaturahmi biasa. Sudah semestinya seorang Umaro itu mendatangi rakyatnya. Dan sudah sepantasnya seorang Umaro itu sowan ke kiai. Tidak perlu dikaitkan macam-macam," kata Gus Ali, panggilan KH Agoes Ali Masyhuri. (cat/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News