Tafsir Al-Isra' 40: Kafir Jahiliah Meyakini Tuhan Punya Anak Perempuan

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

40. Afa-ashfaakum rabbukum bialbaniina waittakhadza mina almalaa-ikati inaatsan innakum lataquuluuna qawlan ‘azhiimaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya).


TAFSIR AKTUAL:

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Ayat studi ini turun sebagai jawaban terhadap orang-orang kafir jahiliah yang meyakini bahwa Allah SWT puya anak perempuan. Anak-anak perempuan Tuhan itulah para malaikat. Tujuannya untuk merendahkan Tuhannya umat islam (Allah SWT), karena dalam tradisi arab, orang yang punya anak perempuan itu status sosialnya rendah.

Tidak sama ketika mereka punya anak laki-laki, maka merasa sebagai keluarga terhormat dan kuat. Oleh sebab itu, mereka merasa cocok dengan agama kristen yang menyakini Tuhan punya anak laki-laki. Lalu, dalam berbagai hal mereka bekerja sama memusuhi umat islam. Hanya saja caranya berbeda. Orang-orang kafir cenderung lebih kasar.

Jadi, di dunia ini ada tiga keyakinan yang sama-sama meyakini bahwa Tuhan itu punya anak. Pertama, orang-orang kafir jahiliyah yang meyakini bahwa malaikat itu berjenis kelamin perempuan dan menjadi anak-anak Tuhan. Kedua, orang-orang yahudi yang meyakini Uzair itu anak lelaki Tuhan, dan ketiga, orang-orang nasrani yang meyakini Isa ibn Maryam adalah anak lelaki Tuhan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

“innakum lataquuluuna qawlan ‘azhiimaan”. Perkataan itu sungguh berisiko besar. Namanya keyakinan boleh-boleh saja, tapi bila dikomunikasikan ke akal sehat, maka berbuntut panjang dan bisa membuat keyakinan tersebut harus menanggung risiko menjawab yang tidak sederhana dan belum tentu melegakan akal sehat.

Misalnya, kalau Tuhan punya anak, maka ibunya siapa dan apakah itu berarti Tuhan punya istri? Apakah sang anak juga berderajat Tuhan juga? Lalu perannya apa? Apakah sang istri dari kalangan manusia? Lalu struktur keluarganya bagaimana, apakah berlaku status mertua Tuhan, kakek Tuhan dan lain-lain? Sebelum Tuhan punya anak, apakah Dia menjomblo? Pertanyaan macam ini sah dan wajar.

Tidak sama dengan keimanan dalam agama islam yang Ahad dan selesai. Allah SWT adalah Tuhan Satu-satu-Nya, titik. Tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Keberadaan-Nya adalah wujud Mutlak, tanpa awal dan tanpa akhir. Dia maha segalanya dan semua tunduk di hadapan-Nya. Dengan konsep teologi yang sempurna ini, maka pertanyaan macam di atas tidak akan pernah ada lagi.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO