Tafsir Al-Isra' 44: Tidak Ibadah, Malu Kepada Rumput yang Bertasbih

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

44. tusabbihu lahus-samaawaatussab'u wal-arḍu wa man fiihinna, wa im min syai'in illaa yusabbihu bihamdihii wa laakin laa tafqahuuna tasbiihahum, innahuu kaana haliiman gafuuraa

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.


TAFSIR AKTUAL:

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Setelah membicarakan orang-orang beriman yang patuh dan orang-orang kafir yang durhaka, kini Allah SWT mengabarkan, bahwa semua ciptaan yang ada di dunia ini, langit, bumi, hewan, pepohonan dan lain-lain bertasbih memuji kebesaraan Allah. Cara bertasbihnya menurut kurikulum masing-masing di mana kita mengerti. Kita benar-benar tidak mengerti cara anjing bertasbih, ikan bertasbih, dan rumput bertasbih, pakai bahasa apa dan bagaimana.

Ulama' tafsir berbeda pandangan soal apakah ayat ini umum dan mencakup seluruh benda, termasuk benda mati, benda masakan, dan sebagainya, atau hanya berlaku khusus pada benda yang bisa berkembang seperti pohon hidup?

Mereka yang mengatakan umum, maka semua benda, termasuk kelereng, keramik, pulpen, nasi, teh, es dawet, dan lain-lain. Ada yang membatasi, hanya yang berkembang saja. Jadi kalau pohon hidup, gunung yang masih aktif, apalagi hewan, maka bertasbih. Batu kali, kerikil, atau yang sudah mati sel-selnya, maka tidak bertasbih.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Persoalan siapa yang dimaksud "wa laakin laa tafqahuuna tasbiihahum"? (kalian tidak mengerti tasbih mereka). Yang dikhitabi ayat ini adalah orang kafir. Maksudnya, ini ayat keimanan, di mana mereka tidak paham terhadap kebesaran Allah sebagai Tuhan, sehingga mata hati mereka tertutup dan tidak mau beriman. Buta dan gelap, kalah dengan benda dan hewan di sekitar yang bertasbih.

Kedua, khitab pada ayat ini berlaku umum, baik orang beriman atau tidak. Maka maksudnya menfokus ke fisik, ke ilmu pengetahuan, di mana memang kita tidak paham cara mereka bertasbih dan dengan bahasa apa. Itu rahasia ilahi dan hanya Tuhan saja yang mengerti.

Apa nabi Sulaiman A.S. juga mengerti? Allah a'lam. Yang ada dalam al-Qur'an, nabi Sulaiman A.S. diberi keistimewaan bisa memahami percakapan burung dan diberi banyak hal "'ullimna manthiq al-thair wa utina min kull syai" (al-Naml:16). Soal memahami tasbih mereka, tidak dijelaskan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Soal khilaf benda bertasbih di atas, bisa kita pertimbangkan hadis Nabi soal dua mayit yang menangis di dalam kubur hingga terdengar oleh nabi dan sahabat yang mendampingi waktu itu. Dua kuburan yang mengeluarkan suara tangis tersebut karena disiksa gara-gara tidak tuntas kencing hingga tidak tuntas pula bersucinya.

Lalu nabi meminta pelepah korma basah, di belah dua dan ditancapkan ke kuburan tersebut sembari berkata "Moga pelepah ini bisa meringankan siksaan mereka selagi masih basah". Dengan izin Allah si kedua mayit diam. Itu artinya, ada indikasi bahwa pelepah korma yang sudah terpisah dari pohonnya masih bisa bertasbish dan dayanya masih berefek. Ya, karena masih basah. Masih ada sisi lain yang bisa dikomentari, silakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO