Tafsir Al-Isra' 44: Denyut Pepohonan dan Prof. William Brown

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

44. tusabbihu lahus-samaawaatussab'u wal-arḍu wa man fiihinna, wa im min syai'in illaa yusabbihu bihamdihii wa laakin laa tafqahuuna tasbiihahum, innahuu kaana haliiman gafuuraa

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.


TAFSIR AKTUAL:

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Adalah prof. William Brown, ilmuwan Inggris yang melakukan penelitian terkait kehidupan pepohonan, bagaimana dia hidup, apa saja aktivitasnya dan apa sesungguhnya yang terjadi di dalam diri sebuah pepohonan, hingga bisa tumbuh berkembang, membesar, dan tinggi layaknya manusia atau hewan. Padahal, dia tak bernyawa.

Lalu menfokuskan penelitiannya khusus pada denyut tumbuh-tumbuhan selama tiga tahun. Singkatnya, dia menemukan detak suara yang keluar dari denyut tadi secara teratur dan berulang, kira-kira 1.000 kali per detik.

Suara itu mirip cahaya elektrik dan hanya bisa direkam dengan oscilloscope super canggih. Hasilnya dikirim ke beberapa universitas ternama di Amerika dan Eropa agar diketahui itu suara apa. Ternyata hasilnya nol, dan tidak ada yang menjawab.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Suatu ketika, sang profesor menjumpai sekelompok mahasiswa dan ilmuwan muslim dari Pakistan, India, Bangladesh, dan lain-lain yang sedang berdiskusi. Profesor bertanya: "Kalian sedang membicarakan apa?". Dengan ramah mereka menjawab: "Biasa pak, kami sedang membicarakan sain dalam kitab suci kami, Al-Qur'an".

Profesor Brown terperanjat dan spontan menyodorkan masalah keilmuan yang sedang melanda dirinya dan belum memukan jawabannya: "Oh kebetulan, saya sedang meneliti denyut pepohonan dan bla.. bla.. bla.. Apa ada dalam kitab suci kalian berbicara soal itu, tolong beri aku penjelasan".

Salah satu di antara mereka ada yang menjawab: "Itu biasa dalam kajian kami. Kitab suci kami sudah lama bicara soal itu. Bahwa suara tersebut adalah suara tasbih pepohonan". Lalu dia membacakan ayat kaji ini "... wa im min syai'in illaa yusabbihu bihamdihii wa laakin laa tafqahuuna tasbiihahum…". Dengan sedikit ulasan terkait ayat tersebut, sang profesor makin terkagum dan lega. Akhirnya dia bersujud dan memeluk agama Islam.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

So, bila kita malas ibadah, tidak rajin bertasbih, tidak istighfar, tidak bermunajah kepada-Nya, sesungguhnya pada makhluq di sekitar kita, kucing, anjing, pohon dan lain-lain pada mencemooh dan menyayangkan kita. "Kamu yang sudah ditakdir dan cipta menjadi manusia, ada imbalan surga yang abadi dan tak terbayangkan kenyamanannya kok malas begitu. Bodoh. Kok gak aku sing dadi menungso… Hmmm," demikian kira-kira cemoohan mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO