Tafsir Al-Isra' 47-48: Zalim, Ngerumpi Sendiri Saat Ceramah Berlangsung

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

47. Nahnu a’lamu bimaa yastami’uuna bihi idz yastami’uuna ilayka wa-idz hum najwaa idz yaquulu alzhzhaalimuuna in tattabi’uuna illaa rajulan mashuuraan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan engkau (Muhammad), dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang zalim itu berkata, “Kamu hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.”

48. Unzhur kayfa dharabuu laka al-amtsaala fadhalluu falaa yastathii’uuna sabiilaan.

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan untukmu (Muhammad); karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman


TAFSIR AKTUAL:

Sudah biasa, wong kafir itu tidak menggubris Alqur'an, bahkan menjauh. Jadinya, mereka terus menerus tenggelam dalam kekafiran dan tidak mendapatkan hidayah. Begitu ayat-ayat sebelumnya bertutur. Kini beda, mereka kelihatannya mendengarkan, tetapi sama sekali tidak mendengarkan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Mereka datang ke majelis pengajian Rasulullah SAW, entah terpaksa atau pura-pura. Jika nabi sedang berceramah dan membacakan ayat Alqur'an, mereka ngomong sendiri dan berbisik-bisik. Ayat ini mengungkap kelakuan mereka yang berbisik ngerasani Nabi. Dan salah satu isinya adalah, bahwa Muhammad itu lelaki yang pandai membual, penyihir, dan penipu. "in tattabi’uuna illaa rajulan mashuuraan".

Suatu ketika nabi menyuruh Ali ibn Abi Thalib membuat hidangan makanan yang pantas disuguhkan, lalu beberapa tokoh musyrik Makkah diundang datang, termasuk Utbah ibn Rabi'ah, Abu Jahal, al-Walid ibn Mughirah dan teman-temannya. Benar, mereka datang dan perjamuan dimulai seperti biasa mereka berpesta.

Pada saat yang tepat, sebagai tuan rumah, Nabi berdiri menyampaikan sambutan yang diselipi dengan pesan keislaman kepada mereka, lembut, santun, dan mempesona. Nabi juga membacakan sebagian ayat Alqur'an ke hadapan mereka dengan tegas dan mengena.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Mengerti apa tujuan nabi, para penggede Quraisy itu lantas berbisik-bisik sesama temannya. Antara lain mengolok nabi sebagai tukang sihir dan pandai membual. "Rajula mashuuraa". Maka ayat studi ini turun sebagai pemantap, bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah sungguhan yang di-back up dan selalu dilindungi.

Dalam ayat tersebut ditera kata "al-zalimun" atau orang-orang zalim, maka sebagai muslim, jika sudah niat hadir di pengajian, maka hendaknya serius mendengarkan pesan yang disampaikan oleh penceramah, suka atau tidak suka terhadap materi atau gaya sang penceramah. Alqur'an menganggap mereka yang berbisik satu sama lain, gak ngereken, dan ngerumpi sendiri itu sebagai perbuatan zalim.

Kata "mashur", asli maknanya orang yang disihir. Bentuk maf'ul yang mengesankan tertimpa sesuatu. Namun dalam tradisi bahasa arab punya dimensi banyak variasi makna dan pentakwilan. Seperti tesis di atas, kata 'mashur' bermakna 'sahir', demi mudahnya pemahaman.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Dua Nabi, Bapak dan Anak

Jika diterapkan asli bentuk maf'ulnya, maka maknanya, orang yang terkena sihir, hingga pikirannya tidak waras dan ngelantur, ngomongnya belarah meskipun enak didengar dan memukau. Di kalangan para sahabat, mereka mengenal sabda nabi yang berbunyi "inn min al-bayan lasihra", Sebagian orasi itu bisa mensihir banyak orang. Jadi tujuan bisikan para kafir itu adalah, agar masyarakat menjauhi Nabi seperti menjauhi orang yang tidak waras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO