NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Allah SWT menghadirkan Islam ke dunia bukan hanya sebagai tuntunan hidup dan penyempurna akhlak, tapi juga sebagai agama yang memberikan solusi terhadap problem sosial dan kemanusiaan. Apalagi Islam itu wasathan atau aushat (tengah-tengah).
Contoh soal poligami. Meski nikah lebih dari satu itu dianggap kontroversial, bahkan sebagian masyarakat menolak dengan alasan kesetaraan gender, tapi faktanya bisa menjadi solusi bagi problem nafsu manusia.
BACA JUGA:
- Habib Pasuruan yang Rendahkan Putra Pendiri NU Dianggap Merasa Tersaingi Kiai NU dan Tak Berakhlak
- Habib Pasuruan yang Rendahkan Putra Pendiri NU Dianggap Merasa Tersaingi Kiai NU dan Tak Berakhlak
- Sarat Nilai Keimanan, Khofifah Ajak Teladani Sifat Zuhud Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi
- 10 Rekomendasi Nama Bayi Laki-Laki Islami 3 Kata Keren, Punya Arti Mendalam, dan Penuh Doa
Hal itu disampaikan Komisaris Utama HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, EM Mas’ud Adnan, M.Si, di depan para sarjana ilmu komunikasi alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) yang menggelar Halal Bihahalal di Warung Budhe Karlien di Kertosono Nganjuk, Jawa Timur, Ahad (23/6/2019) lalu.
Mas’ud Adnan lalu menceritakan peristiwa lucu saat KH Ahmad Hasyim Muzadi diundang para petinggi agama Katolik di Vatikan, Roma. “Almaghfurlah Kiai Hasyim Muzadi pernah diundang ke pusat agama Katolik di Vatikan Roma. Dalam pertemuan para petinggi agama Katolik itu ada seorang monsinyur menyentil Kiai Hasyim Muzadi dengan pertanyaan menyindir, tapi Kiai Hasyim diminta jangan emosi. Monsinyur itu tanya, kenapa kiai kok banyak istrinya,” cerita Mas’ud Adnan. Padahal dalam agama Katolik para pastor dan monsinyur - termasuk paus - dilarang menikah.
“Meski disindir, Kiai Hasyim Muzadi tak emosi. Bahkan Kiai Hasyim menjawab dengan kocak. Kata Kiai Hasyim, kiai beristri banyak karena mengambil jatah (wanita) para pastor dan monsinyur yang selama ini ditelantarkan. Kalau wanita itu terus ditelantarkan dan tidak dinikahi, lama-lama kan terjadi pengangguran cinta. Ini bahaya. Kalau pengangguran tenaga kerja bisa dibuatkan pabrik, tapi kalau pengangguran cinta kan harus ada penyaluran. Para pastor dan monsinyur itu tertawa dan mengangguk-angguk membenarkan,” kata Mas’ud Adnan. Para hadirin yang umumnya praktisi media itu sontak tertawa.
Kiai Hasyim Muzadi, tutur Mas’ud Adnan, lalu menjelaskan fakta bahwa dalam kehidupan ini terjadi dua kutub ekstrem. Pada satu sisi, agama Katolik melarang para pastor menikah, yang berarti mereka harus memotong nafsunya sehingga tidak tersalurkan. Tapi pada sisi lain realitas budaya Barat sangat liberal dan permisif sehingga melahirkan free sex, yang berarti menyalurkan nafsunya secara liar.
“Nah, Islam berada di tengah. Dalam ajaran Islam nafsu itu tidak boleh dipotong dan juga tak boleh disalurkan secara liberal dan liar. Tapi nafsu itu harus dikendalikan, dimenej dengan baik melalui pernikahan sehingga tercipta keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah,” kata Mas’ud Adnan yang pernah jadi Wakil Ketua Balitbang PWNU Jawa Timur tiga periode.
Menurut Mas’ud Adnan, poligami tak harus dipraktikkan oleh semua umat Islam, karena tak semua manusia mampu dan memenuhi syarat. “Tapi Islam sebagai ajaran yang benar dan lengkap kan harus punya solusi terhadap perkembangan manusia. Jadi poligami itu hanya solusi yang tidak ada kewajiban dipraktikkan semua orang Islam,” tegas Alumnus Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur itu.