PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Lailatul Qomariyah (27 tahun) yang meraih gelar Doktor di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, ternyata hanya anak dari seorang tukang becak tukang becak. Lailatul Qomariyah merupakan putri dari pasangan Saningrat (43) dan Rusmiati (40), warga Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan.
Saningrat sehari-harinya berprofesi sebagai tukang becak. Sedangkan istrinya hanya sebagai buruh tani saat musim tanam. Keduanya menceritakan bagaimana ia bisa menyekolahkan anaknya sampai menempuh pendidikan sampai S3.
BACA JUGA:
- Pria di Pamekasan Perkosa Anak Tiri yang Masih SMP hingga Hamil 4 Bulan
- Sempat Dinyatakan Hilang, Ibu Rumah Tangga di Pamekasan Ditemukan Tewas di Dalam Sumur
- Kompensasi dan Ganti Rugi Tak Jelas, Nelayan Pamekasan Khawatirkan Survei Migas PT Anugerah
- Kiai se-Madura Deklarasi Khofifah-Emil, Ketum Muslimat itu Ngaku Ajak Puasa Kepala OPD Puasa 41 Hari
Menurutnya, Lailatul Qomariyah memang anak yang cerdas sejak di bangku SD. Padahal Saningrat mengaku tidak pernah memberikan pendidikan khusus kepada anaknya.
"Bagaimana ia bisa mengikuti les di luar sekolah, wong saya bekerja sebagai penarik becak dan istri saya menjadi buruh tani," ujar Saningrat yang sangat menyanyangi putrinya tersebut.
Saningrat melanjutkan ceritanya bahwa, sejak SD, Lailatul terus-menerus mendapat ranking 1. "Setelah lulus SD, ia diterima dan masuk ke SMPN 4 Pamekasan," ujarnya saat ditemui sedang menunggu penumpang di becaknya, Selasa (10/09/19) siang.
(Bapak dari Doktor Lailatul Qomariyah, Saningrat saat ditemui sedang menunggu penumpang dengan becaknya)
Bahkan selama duduk di bangku SMP, Lailatul yang lahir pada 16 Agustus 1992 selalu meraih ranking 1 di sekolahnya. Hingga akhirnya dia diterima di SMAN 1 Pamekasan dengan meraih beasiswa.
Lailatul yang setiap harinya berangkat ke sekolah memakai sepeda ontel juga selalu menjadi langganan juara 1 di SMA 1 Pamekasan. "Karena dia memang kutu buku dan selalu mengikuti les seminggu 2 kali. Saya sendiri tidak tahu dapat dari mana uang untuk les tersebut," jelas Saningrat yang tidak mengira anaknya bisa sampai S3 tersebut.
Setelah lulus SMA, Lailatul langsung ditawari masuk dua perguruan tinggi terkemuka di Surabaya. "Lailatul saat itu diterima di Unair Surabaya dan di ITS Surabaya. Tapi pilihannya jatuh ke ITS," tutur Saningrat.