LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Motif batik Singo Mengkok dari Lamongan rupanya tidak hanya indah dalam bentuk, namun juga sarat makna filosofi tinggi. Hal ini disampaikan Hidayat Iksan, budayawan yang juga Ketua Yayasan Kebudayaan Lamongan (YKL) saat Seminar Batik dalam rangka Hari Batik Nasional yang digelar Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lamongan bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan di Pandopo Lokatantra, Kamis (3/10).
Menurutnya, Singo Mengkok mengilhami sifat kebijaksanaan sebagai penangkal watak dan perilaku jahat. Dia kemudian menguraikan makna filosofinya. Singa dalam posisi membungkuk, mengkok-mengkok, duduk, “dodok”. Dengan kata lain, singa itu sudah tidak bengis lagi sebagaimana layaknya binatang singa pada umumnya.
BACA JUGA:
- Ramaikan HBN 2023, Pengrajin Batik Kota Batu Gelar Pameran
- Peringati Hari Batik Nasional, Pondok Pesantren Sumber Bungur Pamekasan Gelar Karnaval Batik
- Momen Hari Batik Nasional, Wali Kota Batu Serahkan Penghargaan kepada Maestro Batik Lina Santoso
- Grup WA Info Pamekasan Gelar Gebyar Mencanting Bersama, Peringati Hari Batik Nasional
“Seperti dalam pitutur, jiwa kang kuat dudu kuat otot lan balunge, ananging kang kuat ngempet hawa nasfune. Yakni orang yang kuat adalah yang dapat menundukan hawa nafsunya,” ujarnya
Sementara dalam mitologi setempat, Singo Mengkok mengilhami sifat kebijaksanaan sebagai penangkal watak dan prilaku jahat
Seperti diketahui, motif ini oleh Bupati Fadeli ditetapkan menjadi Busana Khas Lamongan (BKL). Diaplikasikan pada udeng, sembong pada busana pria, dan jarit pada busana wanita. Ini merupakan perpaduan batik motif Singo Mengkok yang diilhami Sunan Drajat dengan kekhasan batik Sendang yang bernilai estetik dan filosofi.
Sementara Rahmat Dasy dari Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah menjelaskan bahwa batik Lamongan bermula pada massa Sunan Sendang pada abad XV, sebagai wujud ekonomi kreatif masyarakat.
Klik Berita Selanjutnya