​Jatim Kontribusi 49,65 % Produksi Perhiasan Nasional, Khofifah Dorong Jadi Destinasi Wisata Baru

​Jatim Kontribusi 49,65 % Produksi Perhiasan Nasional, Khofifah Dorong Jadi Destinasi Wisata Baru Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menabuh gong saat membuka Surabaya International Jewellery Fair 2019 (SIJF) di Shangri-La Hotel Surabaya, Kamis (17/10/2019). foto: Istimewa/ BANGSAONLINE.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Surabaya International Jewellery Fair 2019 (SIJF) kembali digelar di Surabaya. Ini ke-24 SIJF yang diselenggarakan di kota pahlawan ini. Pameran emas dan terbesar yang sekaligus untuk memperingati HUT ke-74 Provinsi Jatim ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Jatim Indar Parawansa di Shangri-La Hotel Surabaya, Kamis (17/10/2019).

Saat membuka SIJF, mengungkapkan bahwa perkembangan industri Indonesia tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Jatim. Dimana industri Jatim pada Semester I tahun 2019 berkontribusi sekitar 49,65% terhadap produksi nasional. Hal ini didukung oleh 32 unit industri skala besar dan menengah dan 513 unit industri skala kecil yang didominasi oleh industri barang dan logam mulia.

“Tentunya industri Jatim tidak hanya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi termasuk PDRB, tapi ini juga akan menjadi referensi dunia terhadap industri emas dan , apalagi saat ini Indonesia ada di peringkat sembilan industri dunia. Kami harap ini menjadi daya dorong dan daya ungkit perekonomian kita,” kata .

Orang nomor satu di Jatim ini pun mendorong agar industri bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Jatim. Dimana wisatawan bisa berkunjung ke tempat pengolahan seperti melihat proses cutting ataupun proses pemolesan sekaligus mendapat penjelasan peoses produksinya.

Dengan mendengar penjelasan seperti jumlah karatnya sampai dengan cerita di balik proses pembuatannya, wisatawan dihrapkan tertarik untuk datang dan membeli produk tersebut. Apalagi produk Jatim digemari karena handmade dan bentuknya yang unik berunsur budaya. Selain itu, Jatim juga kaya dengan berbagai batu mulia salah satunya dari Pacitan.

Dengan memasukkan industri emas dan sebagai salah satu tujuan wisata, berharap hal ini dapat meningkatkan tingkat hunian hotel dan menambah waktu tinggal (length of stay) wisatawan terutama wisatawan mancanegara di Jatim.

“Jadi kunjungan ke tempat pemrosesan ini bisa dimasukkan dalam katalog paket wisata. Selain itu kita juga bisa mengundang buyer baik dari dalam maupun luar negeri untuk melihat bagaimana uniknya kita apalagi yang handmade. Bila hal ini sudah dilakukan, mohon ditingkatkan, diluaskan dan dikembangkan. Tapi jika belum mohon hal ini disiapkan,” katanya.

Permintaan produk Jatim terutama untuk ekspor ke mancanegara, sebut , terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS, ekspor produk /permata Jatim pada periode Januari-September 2019 telah mencapai USD 2,59 Milyar atau meningkat 19,88% dibandingkan periode tahun 2018.

Sedangkan produk dari logam mulia lainnya, barang disepuh atau dipalut dengan logam mulia atau tidak pada periode Januari s/d September mencapai USD 1,43 Milyar atau meningkat 71,31% dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar USD 1,02 Milyar.

Untuk itu dalam beberapa pertemuan baik dengan Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Bank Indonesia maupun kementerian terkait, menyampaikan usulannya terkait besaran bea masuk ekspor dari Jatim ke beberapa negara seperti Uni Emirat Arab (UEA). Sebagai contoh, bea masuk ekspor dari Jatim langsung ke UEA sebesar 5 persen, sedangkan melalui Singapore hanya 2,5 persen.

“Ekspor Jatim ke UEA sebenarnya cukup siginifikan, hanya bea masuknya masih lebih tinggi daripada lewat Singapore. Padahal UEA memberikn bea masuk kepada Singapore nol persen. Ini menjadi PR kita dimana sangat banyak produk ekspor kita yang tidak bisa langsung ke tempat tujuan karena harus melalui negara ttansito,” katanya.

Terkait hal ini, dirinya berharap ada fasilitasi baik dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, maupun Kementerian Luar Negeri. Dengan begitu, hal ini akan memberikan signifikansi terhadap peningkatan industri terutama emas baik bagi Jatim maupun nasional.

Sementara Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian RI Gati Wibawaningsih mengatakan, industri di Indonesia saat ini terus berkembang. Dimana nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga Agustus 2019 sebesar USD 1,47 milyar, naik 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Perhiasan Indonesia ini diekspor ke berbagai negara seperti Singapore, Swiss, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab.

“Kami mengapresiasi Asosisasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) yang sudah 24 kali menyelenggarakan ini. Termasuk kepada Pemprov Jatim yang terus mendorong berkembangnya industri apalagi seperti ini hanya diselenggarakan di Jakarta dan Jatim yakni Surabaya,” katanya.

Berbagai tipe model terkini standar internasional sampai buatan lokal yang tradisional dan artistik dipamerkan dalam SIJF dari tanggal 17-20 Oktober 2019. Para peserta terdiri dari 100 pengusaha baik dari industri sampai dengan pengrajin IKM baik binaan dari Kementerian Perindustrian maupun Pemprov Jawa Timur dan berbagai pemerintah daerah di Indonesia. Selain , dipamerkan pula mesin dan peralatan pembuatan logam. (tim)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO