Tafsir Al-Kahfi 46: Harta, Anak Sebagai Hiasan

Tafsir Al-Kahfi 46: Harta, Anak Sebagai Hiasan Ilustrasi. (iStockphoto)

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

46. almaalu waalbanuuna ziinatu alhayaati alddunyaa waalbaaqiyaatu alshshaalihaatu khayrun ‘inda rabbika tsawaaban wakhayrun amalaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.


TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Setelah membicarakan kehidupan dunia yang ditamsilkan dengan air dan tetumbuhan yang cepat mekar dan mudah layu, lalu berguguran, kini Tuhan memberitahukan bahwa harta dan anak itu bagai hiasan hidup, zinah al-hayah al-dunya. Banyak sifat yang diberikan oleh al-quran soal anak, antara lain:

Pertama, anak sebagai penyejuk jiwa, penenteram hati, qurrah a'yun (al-furqan: 74), di mana orang tua senang sekali, ayem banget, bangga betul mempunyai anak seperti itu. Misalnya, perilakunya shalih, pinter, sopan, dan mengerti.

Tidak perlu diomongi banyak-banyak, cukup dengan isyarat atau kalimat pendek dia sudah melakukan tindakan yang menyenangkan dan bermanfaat, baik bagi manusia maupun agama. Anak begitu itu, di samping merupakan anegerah dari Tuhan, anak tersebut hasil pendidikan yang bagus, riyadhah yang kuat dari orang tuanya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Kedua, anak yang menjadi musuh, 'aduw bagi orang tuanya (al-taghabun:14). Apa yang menjadi nasihat orang tuanya selalu dibantah. Disindir, tidak mengerti. Dinasihati halus dan pelan-pelan, tidak diperhatikan. Diomongi kasar, tersinggung dan membantah. Diberi pelajaran fisik, melawan. Na'udz billah min dzalik.

Ketiga, anak sebagai ujian bagi orang tua, fitnah (al-taghabun:15). Mirip dengan perilaku anak sebagai 'aduw. Hanya saja yang fitnah ini lebih lunak ketimbang yang aduw. Saat dinasihati memang diam, merunduk, tapi tidak menggubris. Ada saja yang dia lakukan, ujung-ujungnya mengecewakan dan memberatkan orang tua.

Keempat, anak sebagai hiasan keluarga, zinah seperti pada ayat kaji ini. Namanya hiasan tentu indah dipandang, sedap dilihat, pamor di permukaan, tapi hakikatnya tidak ada manfaatnya bagi agama. Anda punya anak juara menari, berdansa, main game tingkat internasional, maka bukan main sanjungan publik dan keluarga anda pamor. Tapi tidak ada manfaatnya bagi agama.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO