Seorang relawan, Rantao Sutani (22) menjelaskan bahwa dalam aksinya menjadi relawan, hal yang harus dipersiapkan ialah mental dan fisik.
“Imun harus dijaga, jangan sampai stres karena beban. Apalagi kita bertugas di jalan. Mengemudi mobil jika punya beban pikiran maka akibatnya sangat fatal,” kata Rantao.
Tekadnya menjadi relawan terpantik karena melihat semakin tingginya angka positif Covid-19 di Kota Kediri. “Kami yakin dengan menerapkan prokes dan memakai APD yang telah disediakan maka insyaallah bisa terhindar dari paparan Covid-19," jelasnya.
Untuk bisa dijemput tim relawan, lanjut Rantao, pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan membutuhkan rujukan, melapor ke Posko PPKM Kelurahan. Selanjutnya Posko PPKM Kelurahan akan melaporkan ke Faskes Tingkat I dan akan ditindaklanjuti dengan melapor ke nakes di RS. Kemudian Faskes Tingkat I akan melayangkan informasi kepada relawan.
“Hampir sama dengan penanganan pasien, untuk penanganan jenazah, pihak keluarga akan melapor ke kelurahan, selanjutnya kelurahan akan melapor ke Faskes Tingkat I. Lalu Faskes Tingkat I mengeluarkan surat keterangan bahwa yang bersangkutan meninggal akibat Covid-19 baru kami bisa melakukan penjemputan dari rumah duka menuju pemulasaraan RSUD Gambiran,” terang Rantao.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam satu hari relawan bisa menangani 5 - 8 kali panggilan. Satu kali pemanggilan bisa menangani dua hingga tiga pasien.
“Dalam satu mobil kita ready dua driver, karena kita semua pakai baju hazmat yang rentan sekali dehidrasi. Jadi jangan sampai kecapekan karena akan sangat fatal akibatnya. Oleh karena itu dalam mengemudi kita bergantian,” ujar Rantao.
Lebih dari itu, Rantao mengaku jika proses penjemputan pasien dan jenazah penderita Covid-19 ini terkendala dengan kurangnya armada relawan.
“Kami berharap masyarakat Kota Kediri semakin banyak yang terketuk menjadi relawan dengan harapan semoga semakin cepat menekan angka penularan Covid-19 di Kota Kediri ini,” pungkas Rantao. (uji/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News