Begini Langkah Gubernur Khofifah Bangun Kesejahteraan Masyarakat dan Cegah Stunting di Jawa Timur
Editor: Rohman
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Minggu, 16 Oktober 2022 18:23 WIB
MALANG, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, terus berupaya dalam memperkecil angka stunting di wilayahnya. Ini dilakukan mulai dari pemberian tambahan gizi untuk ibu hamil hingga menyalurkan bantuan khusus bagi balita yang terindikasi mengalami stunting.
Sebab, permasalahan stunting, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) menjadi salah satu ujung tombak dalam pembangunan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Gubernur mengungkapkan hal tersebut saat Reuni Akbar Alumni Haji Al Hikam Angkatan 1993-2022 dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H di Unisma Malang, Minggu (16/10).
BACA JUGA:
Ikhtiar Menangkan Khofifah-Emil, DWP PKS Jatim Konsolidasikan Kader
Khofifah: Terima Kasih Kontribusi Muhammadiyah dalam Peningkatan Kualitas SDM
Khofifah-Emil Sowan ke Muhammadiyah
Dilantik Jadi Ketua DP HKTI Jatim, Khofifah Bertekad Wujudkan Smart Village dan Sejumlah Program
“Pemprov Jatim terus bekerja keras untuk menurunkan stunting serendah-rendahnya. Pak Presiden menergetkan angka stunting 14 persen di tahun 2024, ini akan menjadi kerja keras kita semua,” kata Khofifah usai menyerahkan bantuan pencegahan stunting kepada 20 balita, bantuan untuk 100 ibu hamil, dan zakat produktit kepada 100 pelaku usaha ultra mikro.
Berdasarkan data yang dirilis Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), target dan capaian prevalensi stunting di Jatim dari 2019-2021 terus mengalami penurunan. Tercatat penurunan terjadi dari 26,86 persen pada 2019 menjadi 25,64 persen pada 2020, kemudian menjadi 23,5 persen pada 2021.
Gubernur menegaskan, penanganan stunting yang dilakukan Pemprov Jatim dengan melibatkan berbagai pihak, yakni peran serta intansi vertikal, lintas organisasi masyarakat, perguruan tinggi , organisasi profesi, dan mitra-non pemerintah lainnya.
Dalam penanganan stunting di Jawa Timur, terdapat dua macam intervensi, yaitu itervensi spesifik (bidang kesehatan) kontribusinya sebesar 30 persen dan intervensi sensitif (bidang non-kesehatan) dengan kontribusi sebesar 70 persen.
“Jadi kita terus melakukan berbagai upaya baik koordinasi lintas sektor, edukasi, konseling, dan koordinasi baik soal gizi, makanan bayi dan anak, pelaksanaan imunisasi, sampi dengan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara rutin di posyandu,” ucap gubernur.