PTPN X Produksi Listrik 50 Mw dari Ampas Tebu
Editor: abdurrahman ubaidah
Rabu, 06 Januari 2016 11:57 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Upaya PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X dalam menghasilkan produk turunan tebu non gula kini terus diupayakan. Jika sebelumnya sudah diproduksi bio ethanol dari sisa ampas tebu, kini diupayakan lagi diversifikasi produksi untuk menghasilkan listrik (co-generation) mencapai 50 Megawatt (MW).
“Potensi cogeneration di PTPN X ini ada 50 megawatt (MW) dengan rincian 20 MW di PG Ngadiredjo, 10 MW di PG Tjoekir, dan 20 MW di PG Gempolkrep. Untuk proyek co-generation ini dibutuhkan kelebihan ampas sekitar 280 ribu ton per tahun," kata Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN X, Moch Sulton, Rabu (6/1).
BACA JUGA:
Tolak Perpanjangan Izin Penambangan PT EPAS, Warga Puncu Demo ke Kantor PTPN Ngrangkah Pawon
PTPN l Regional 4 Perluas Pasar Ekspor Tembakau
Tingkatkan Produktivitas Tebu, Petrokimia Gresik Perkuat Kerja Sama Program Makmur dengan SGN
Holding Perkebunan Nusantara Salurkan Bantuan Rp100 Juta ke Yayasan Mutiara Ibu
Ia menjelaskan agar didapatkan kelebihan ampas sebesar 280 ribu ton per tahun, maka PTPN X membutuhkan varietas yang memiliki karakteristik dasar, yakni yang memiliki sukrosa atau rendemen tinggi, tepatnya di atas 12 persen. “Varietas tersebut juga harus memiliki kadar sabut tinggi, yaitu di atas 12 persen," ungkapnya.
Menurutnya, varietas tersebut juga harus tahan terhadap berbagai hama dan penyakit. Selama ini, di Indonesia varietas seperti itu belum ditemukan. Untuk itu, pihaknya mengunjungi beberapa negara yang industri gulanya terintegrasi dengan bioetanol dan cogeneration dengan tujuan melihat varietasnya.
Sebelumnya, Dirut PTPN X, Subiyono sempat menjelakan telah menyiapkan dana investasi untuk diversifikasi usaha non gula tersebut. Investasi pembangunan proyek co-generation berkapasitas 50 MW itu sebesar Rp 296 milar.
“Dengan kapasitas itu, tiga unit co-generation bisa menghasilkan 360 GWH dan 300 hari. Jika harga listrik biomassa seperti ditetapkan pemerintah dipenuhi, yaitu Rp 1.150 per KWH, maka potensi pendapatannya bisa mencapai Rp 414 miliar,” ujar Subiyono.